sfidn - 8 Suplemen Alami Terbaik untuk Meningkatkan Hormon Testosterone

8 Suplemen Alami Terbaik untuk Meningkatkan Hormon Testosterone

sfidn.com – Testosteron merupakan homon seks yang tidak hanya penting untuk pria, namun juga untuk wanita. Bhasin, S., etc. (2001) menjelaskan bahwa hormon testosteron pada pria berperan penting dalam pertumbuhan otot, menghilangkan lemak, dan meningkatkan kesehatan secara maksimal. Namun, gaya hidup modern yang tidak sehat membuat para pria pada masa kini memiliki kadar testosteron yang rendah. Sehingga mengonsumsi suplemen untuk meningkatkan kadar testosteron menjadi lebih banyak di pilih. Pada umumnya, suplemen ini bekerja secara langsung untuk meningkatkan hormon testosteron dan hormon-hormon yang terkait, beberapa diantaranya ada juga yang bekerja dengan mencegah agar testosteron tidak diubah menjadi estrogen. Berikut ini adalah 8 rekomendasi suplemen alami terbaik yang sudah di uji secara ilmiah untuk meningkatkan hormon testosteron Anda.

 

1. D-Aspartik Acid

D-Aspartic Acid adalah asam amino alami yang mampu meningkatkan kadar hormon testosteron. Sebuah penelitian yang di terbitkan dalam jurnal Reproductive Biology and Endocrinology melaporkan bahwa D-Aspartic Acid bekerja dengan cara meningkatkan hormon perangsang folikel dan hormon luteinisasi. Hal ini sangat penting mengingat hormon luteinisasi mampu membuat sel-sel leydig di testis guna menghasilkan lebih banyak testosteron. Pada penelitian tersebut, ditemukan juga bahwa mengonsumsi suplemen D-Aspartic Acid selama 12 hari mampu menginkatkan hormon hormon luteinisasi serta produksi testosteron dan transportasi testosteron ke seluruh tubuh.

 

Selain itu, D-Aspartic Acid pun mampu membantu meningkatkan kualitas dan produksi sperma. Sebuah penelitian yang dilakukan selama 90 hari dan dipublikasikan dalam jurnal Scientific Research meminta para pria yang mengalami gangguan produksi sperma untuk meminum D-Aspartic Acid. Hasilnya, jumlah sperma mereka meningkat dari 8,2 juta sperma per ml menjadi 16,5 juta sperma per ml. Dalam studi lain yang di lakukan oleh sekelompok peneliti di Baylor University tahun 2013 meminta para pria atletis yang memiliki kadar hormon testosteron normal untuk mengikuti rutinitas angkat beban selama 28 hari. Setengah dari para pria atletis tersebut diminta untuk mengonsumsi 3 gram D-Aspartic Acid perhari. Hasilnya, kedua kelompok menunjukkan adanya peningkatan kekuatan dan massa otot yang signifikan. Namun, kelompok yang mengonsumsi D-Aspartic Acid tidak menunjukkan adanya peningkatan testosteron.

 

Secara keseluruhan, berbagai penelitian diatas menunjukkan bahwa mengonsumsi suplemen D-Aspartic Acid tampak sangat membantu mereka yang memiliki kadar testosteron yang rendah atau memiliki gangguan seksual, dengan tidak harus berpaku pada mereka yang memiliki kadar hormon testosteron normal.

 

2. Vitamin D

Vitamin D adalah suatu vitamin yang larut dalam lemak dan diproduksi di kulit saat terkena paparan sinar matahari. Bentuk aktif dari vitamin ini berfungsi sebagai hormon steroid bagi tubuh. Namun saat ini, Chapuy, M.-C., etc. (1997) menjelaskan bahwa sebagian besar populasi masyarakat dunia sangat sedikit sekali untuk terkena paparan sinar matahari, sehingga tingkat produksi vitamin D dalam tubuhnya menjadi rendah atau kurang. Padahal, sekelompok peneliti dari Medical University Graz, Graz, Austria sudah menjelaskan bahwa meningkatkan cadangan vitamin D dapat meningkatkan kadar hormon testosteron dan meningkatkan kesehatan tubuh, termasuk meningkatkan kualitas sperma. Pada penelitian tersebut, para peneliti menemukan adanya hubungan yang sangat erat antara kekurangan vitamin D dan rendahnya kadar testosteron. Saat para peserta diminta untuk menghabiskan lebih banyak waktu di bawah sinar matahari di musim panas, maka kadar vitamin D mereka menjadi meningkat yang diikuti dengan meningkatnya kadar hormon testosteron mereka.


Dalam penelitian lainnya yang dilakukan selama setahun dan diterbitkan dalam jurnal Hormone and Metabolic Research tahun 2010 dengan melibatkan 65 pria yang dibagi menjadi dua kelompok. Setangah dari para pria tersebut diminta untuk mengonsumsi 3.300 IU vitamin D setiap hari. Hasilnya, mereka yang mengonsumsi vitamin D setiap hari menunjukkan adanya peningkatkan kadar vitamin D sebanyak dua kali lipat dan kadar hormon testosteron yang meningkat sekitar 20%, dari 10,7 nmol/l menjadi 13,4 nmol/l. Oleh karena itu, cobalah Anda berjemur di bawah sinar matahari untuk mendapatkan lebih banyak vitamin D. Anda juga bisa mengonsumsi sekitar 3.000 IU vitamin D3 setiap hari dan mengonssumsi lebih banyak makanan yang kaya vitamin D.

 

3. Tribulus Terrestris

Tribulus terrestris adalah salah satu ramuan yang sudah lama digunakan sebagai pengobatan herbal. Sebagian besar penelitian saat ini baru melibatkan pada hewan, yang menunjukkan adanya peningkatan dorongan seks dan kadar hormon testosteronnya. Satu studi yang dilakukan selama 90 hari di Government Ayurveda Medical College and Hospital, India melibatkan para pria dengan disfungsi ereksi. Para peneliti menemukan adanya peningkatan kesehatan seksual dan peningkatan kadar testosteron sebesar 16% pada mereka yang diminta untuk mengonsumsi tribulus.

Namun, Rogerson S, etc. (2007) tidak menemukan adanya manfaat dalam mengonsumsi tribulus pada atlet elit muda dan individu sehat dengan kadar testosteron normal. Jadi sama seperti suplemen peningkat hormon testosteron lainnya, tribulus tampak memiliki manfaat hanya pada mereka yang memiliki kadar testosteron rendah atau gangguan fungsi seksual, karena suplemen testosteron ini tidak bisa meningkatkan kadar testosteron pada mereka yang memiliki kadar testosteron normal atau sehat.

 

4. Fenugreek

Fenugreek adalah suplemen peningkat hormon testosteron lain yang sangat terkenal. Beberapa penelitian berhasil menunjukan bahwa fenugreek bekerja dengan mengurangi enzim yang mengubah testosteron menjadi estrogen. Salah satu studi paling komrehensif diterbitkan dalam International Journal of Sport Nutrition and Exercise Metabolism dengan melibatkan dua kelompok pria yang setiap kelompoknya terdiri dari dari 15 mahasiswa yang dilakukan selama periode delapan minggu. Seluruh pria diminta untuk melakukan latihan resistensi selama empat kali seminggu, dan hanya peserta dalam salah satu kelompok saja yang diminta untuk mengonsumsi 500 mg fenugreek per hari. Hasilnya, mereka yang mengonsumsi fenugreek mengalami peningkatan kadar testosteron dan mereka yang hanya berlatih tanpa mengonsumsi fenugreek mengalami sedikit penurunan testosteron. Selain itu, mereka yang mengonsumsi fenugreek juga mengalami peningkatan lemak dan kekuatan yang lebih besar.

 

Studi lainnya yang dilakukan di Applied Science and Nutrition Pty Ltd, Australia meneliti bagaimana fenugreek mampu memengaruhi fungsi seksual dan kulitas hidup pria. Para peneliti memberikan 600 mg fenugreek dan plasebo kosong pada 60 pria sehat yang berusia diantara 25 - 52 tahun selama 6 minggu. Hasilnya, para peserta melaporkan adanya peningkatan kekuatan setelah mengonsumsi suplemen fenugreek. Selain itu, para penliti juga menemukan:

  • Peningkatan libido: 81% dari kelompok yang mengonsumsi suplemen fenugreek
  • Peningkatan performa seksual: 66% dari kelompok yang mengonsumsi suplemen fenugreek
  • Tingkat energi yang lebih besar: 81% dari kelompok yang mengonsumsi suplemen fenugreek
  • Peningkatan kualitas hidup: 55% dari kelompok yang mengonsumsi suplemen fenugreek

 

5. Jahe

Jahe adalah rempah-rempah yang bisa kita temukan dengan mudah di dapur. Jahe sudah sejak lama digunakan sebagai pengobatan alternatif herbal oleh para orang tua kita. Grzanna, R., etc (2005) dalam penelitiannya melaporkan bahwa jahe terbukti mampu mengurangi peradangan dan bahkan mampu meningkatkan kadar hormon testosteron. Beberapa penelitian lain yang melibatkan tikus menunjukkan bahwa jahe memiliki respon yang positif pada kadar testosteron dan fungsi seksual. Dalam satu studi yang dilakukan selama 30 hari dan diterbitkan dalam International Journal of Food Sciences and Nutrition, para peneliti menemukkan bahwa jahe mampu meningkatkan kadar testosteron dan hormon luteinisasi pada tikus pendertia diabetes. Dalam penelitian lain bahkan ditemukan bahwa kadar testosteron tikus mampu meningkat hingga dua kali lipat. Para peneliti juga melaporkan bahwa adanya peningkatan testosteron yang lebih besar saat mereka meningkatkan dosis jahe pada tikus.

 

Dalam satu dari sedikit penelitian pada manusia, sekelompok peneliti dari University of Lagos, Nigeria memberikan suplemen jahe pada 75 pria infertil setiap hari. Setelah tiga bulan lamanya, mereka telah mengalami peningkatan kadar testosteron sebesar 17% dan kadar hormon luteinisasi mereka meningkat hampir dua kali lipat. Ketika meneliti jumlah sperma, para peneliti menemukan adanya beberapa perbaikan, termasuk peningkatan jumlah sperma sebanyak 16%. Walaupun memerlukan lebih banyak penelitian pada manusia, namun mengonsumsi jahe sangatlah aman dan mampu memberikan banyak menfaat kesehatan lainnya.

 

6. DHEA

Dehydroepiandrosterone (DHEA) adalah hormon yang diproduksi secara alami di dalam tubuh. DHEA memainkan peran penting dalam meningkatkan testosteron dan mengendalikan kadar estrogen. Berdasarkan efek biologisnya, suplemen DHEA telah menjadi cara yang sangat populer untuk meningkatkan kadar hormon testosteron. Dari semua suplemen peningkat testosteron, DHEA telah banyak diteliti oleh para ahli dengan hasil yang positif. Beberapa penelitian bahkan menemukan bahwa mengonsumsi 50-100 mg DHEA per hari dapat meningkatkan kadar testosteron hingga 20% bila dibandingkan dengan plasebo. Namun, seperti kebanyakan suplemen pada umumnya, hasil dari mengonsumsi suplemen DHEA sangatlah beragam.

 

Namun, beberapa penelitian lain yang menggunakan dosis yang sama tidak menemukan adanya perubahan atau efek terhadap kadar testosteron. Berdasarkan penelitian ini, efek DHEA pada testosteron masih belum jelas. Sehingga, beberapa otoritas olahraga tidak memperbolehkan penggunaan DHEA pada para atlet karena tidak cocok untuk para atlet. Masih sama seperti suplemen lainnya, suplemen DHEA hanya bermanfaat untuk mereka yang memiliki kadar DHEA atau testosteron yang rendah.

 

7. ZINC

Dikenal sebagai efrodisiak, zinc merupakan mineral penting yang berperan dalam dalam lebih dari 100 proses kimia di dalam tubuh. Prasad, A. S., etc. (1996) menjelaskan bahwa kadar zinc dalam tabuh memiliki keterkaitan yang erat dengan kadar testosteron. Dalam penelitian yang dilakukan oleh sekelompok peneliti tersebut melaporkan bahwa membatasi asupan zinc dari asupan makanan mampu menurunkan kadar testosteron pada pria sehat dan suplemen zinc sangat bermanfaat untuk pria yang kekurangan zinc dan ingin meningkatkan kadar testosteron.

 

Studi lain yang di publikasikan dalam jurnal Archives of Andrology tahun 1981 mencoba mengukur efek zinc pada pria infertil dengan kadar testoseron rendah dan normal. Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa adanya manfaat zinc yang signifikan pada mereka yang memilliki kadar testosteron rendah, dan ditemukan adanya peningkatan jumlah sperma. Namun, para peneliti tersebut tidak menemukan adanya manfaat signifikan pada pria dengan kadar testosteron normal. Sedangkan sekelompok peneliti dari Selçuk University, Turkey melaporkan bahwa mengonsumsi suplemen zinc setiap hari mampu mengurangi penurunan kadar testosteron para pegulat elit setelah melakukan pelatihan intensitas tinggi selama 4 minggu. Berdasarkan penelitian ini, suplemen zinc mampu membantu meningkatkan kadar testosteron jika Anda memiliki kadar testoteron yang rendah atau mengalami kekurangan zinc. Peneliti juga sepakat bahwa suplemen zinc bermanfaat untuk membantu pemulihan dari latihan berintensitas tinggi.

 

8. Ashwagandha

Mirjalili, M, etc. (2009) menjelaskan bahwa ashwagandha, atau yang memiliki nama lain dikenal Withania somnifera, adalah ramuan yang digunakan dalam pengobatan India kuno. Sekelompok peneliti dan ahli dari Asha Hospital menambahkan bahwa ashwagandha bisa digunakan sebagai adaptogen untuk membantu tubuh dalam menangani stress dan rasa cemas. Satu studi yang berjudul Withania somnifera Improves Semen Quality in Stress-Related Male Fertility tahun 2011 mencoba menguji manfaat ashwagandha pada kualitas sperma pria infertil, mereka diminta untuk mengonsumsi 5 gram ashwagandha selama 3 bulan. Hasilnya, para pria pada penelitian ini mengalami peningkatan kadar hormon testosteron sebanyak 10-20%. Selain itu, 14% dari pasangan pria tersebut mengalami kehamilan. Studi lainnya yang diterbitkan dalam Journal of the International Society of Sports Nutrition melaporkan bahwa ashwagandha mampu meningkatkan performa olahraga, kekuatan, membantu menghilangkan lemak tubuh, dan meningkatkan kadar testosteron secara signifikan. Oleh karena itu, para peneliti mengklaim bahwa aswagandha mampu membantu meningkatkan kadar testosteron pada individu yang stres, dengan cara mengurangi hormon stres kortisol.

 

--- Related Article ---

 

Kesimpulan

Testosteron sangatlah penting untuk banyak aspek kesehatan dan komposisi utama tubuh manusia. Saat ini, terdapat banyak sekali suplemen peningkat hormon testosteron. Namun, hanya sedikit penelitian yang mampu mendukung penelitian suplemen tersebut. Jadi, sebagian besar suplemen tersebut hanya bermanfaat pada mereka yang memiliki masalah keseburan atau kadar testosteron rendah. Beberapa diantaranya juga tampak berguna untuk para atlet dan pelaku diet. Suplemen penambah testoteron juga tampak memiliki efek positif pada individu yang sehat dan memiliki latihan olahraga yang aktif, seperti latihan angkat beban, namun hal ini belum diteliti secara khusus.

 

Referensi:

  1. Bhasin, S., Woodhouse, L., Casaburi, R., Singh, A. B., Bhasin, D., Berman, N., … Storer, T. W. (2001). Testosterone dose-response relationships in healthy young men. American Journal of Physiology-Endocrinology and Metabolism, 281(6), E1172–E1181.doi:10.1152/ajpendo.2001.281.6.e1172 
  2. Travison, T. G., Araujo, A. B., Kupelian, V., O’Donnell, A. B., & McKinlay, J. B. (2007). The Relative Contributions of Aging, Health, and Lifestyle Factors to Serum Testosterone Decline in Men. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 92(2), 549–555.doi:10.1210/jc.2006-1859 
  3. Travison, T. G., Araujo, A. B., O’Donnell, A. B., Kupelian, V., & McKinlay, J. B. (2007). A Population-Level Decline in Serum Testosterone Levels in American Men. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 92(1), 196–202.doi:10.1210/jc.2006-1375 
  4. Topo, E., Soricelli, A., D’Aniello, A., Ronsini, S., & D’Aniello, G. (2009). The role and molecular mechanism of D-aspartic acid in the release and synthesis of LH and testosterone in humans and rats. Reproductive Biology and Endocrinology, 7(1), 120.doi:10.1186/1477-7827-7-120 
  5. https://www.scirp.org/journal/paperinformation.aspx?paperid=24016
  6. Willoughby, D. S., & Leutholtz, B. (2013). d-Aspartic acid supplementation combined with 28 days of heavy resistance training has no effect on body composition, muscle strength, and serum hormones associated with the hypothalamo-pituitary-gonadal axis in resistance-trained men. Nutrition Research, 33(10), 803–810.doi:10.1016/j.nutres.2013.07.010
  7. Chapuy, M.-C., Preziosi, P., Maamer, M., Arnaud, S., Galan, P., Hercberg, S., & Meunier, P. J. (1997). Prevalence of Vitamin D Insufficiency in an Adult Normal Population. Osteoporosis International, 7(5), 439–443.doi:10.1007/s001980050030 
  8. Wehr, E., Pilz, S., Boehm, B. O., März, W., & Obermayer-Pietsch, B. (2009). Association of vitamin D status with serum androgen levels in men. Clinical Endocrinology.doi:10.1111/j.1365-2265.2009.03777.x
  9. Pilz, S., Frisch, S., Koertke, H., Kuhn, J., Dreier, J., Obermayer-Pietsch, B., … Zittermann, A. (2010). Effect of Vitamin D Supplementation on Testosterone Levels in Men. Hormone and Metabolic Research, 43(03), 223–225.doi:10.1055/s-0030-1269854 
  10. Sellandi TM, Thakar AB, Baghel MS. Clinical study of Tribulus terrestris Linn. in Oligozoospermia: A double blind study. Ayu. 2012;33(3):356?364. doi:10.4103/0974-8520.108822
  11. Rogerson S, Riches CJ, Jennings C, Weatherby RP, Meir RA, Marshall-Gradisnik SM. The effect of five weeks of Tribulus terrestris supplementation on muscle strength and body composition during preseason training in elite rugby league players. J Strength Cond Res. 2007;21(2):348?353. doi:10.1519/R-18395.1
  12. Wilborn, C., Taylor, L., Poole, C., Foster, C., Willoughby, D., & Kreider, R. (2010). Effects of a Purported Aromatase and 5 α-Reductase Inhibitor on Hormone Profiles in College-Age Men. International Journal of Sport Nutrition and Exercise Metabolism, 20(6), 457–465.doi:10.1123/ijsnem.20.6.457 
  13. Steels, E., Rao, A., & Vitetta, L. (2011). Physiological Aspects of Male Libido Enhanced by Standardized Trigonella foenum-graecum Extract and Mineral Formulation. Phytotherapy Research, n/a–n/a.doi:10.1002/ptr.3360 
  14. Grzanna, R., Lindmark, L., & Frondoza, C. G. (2005). Ginger—An Herbal Medicinal Product with Broad Anti-Inflammatory Actions. Journal of Medicinal Food, 8(2), 125–132.doi:10.1089/jmf.2005.8.125
  15. Ghlissi, Z., Atheymen, R., Boujbiha, M. A., Sahnoun, Z., Makni Ayedi, F., Zeghal, K., … Hakim, A. (2013). Antioxidant and androgenic effects of dietary ginger on reproductive function of male diabetic rats. International Journal of Food Sciences and Nutrition, 64(8), 974–978.doi:10.3109/09637486.2013.812618 
  16. http://www.bioline.org.br/pdf?md08046
  17. http://www.bioline.org.br/abstract?rm09002
  18. https://www.iasj.net/iasj?func=fulltext&aId=71548
  19. Morales, A., Black, A., Emerson, L., Barkin, J., Kuzmarov, I., & Day, A. (2009). Androgens and sexual function: a placebo-controlled, randomized, double-blind study of testosteronevs. dehydroepiandrosterone in men with sexual dysfunction and androgen deficiency. The Aging Male, 12(4), 104–112.doi:10.3109/13685530903294388 
  20. Martina, V., Benso, A., Gigliardi, V. R., Masha, A., Origlia, C., Granata, R., & Ghigo, E. (2006). Short-term dehydroepiandrosterone treatment increases platelet cGMP production in elderly male subjects. Clinical Endocrinology, 64(3), 260–264.doi:10.1111/j.1365-2265.2006.02454.x 
  21. Liu, T.-C., Lin, C.-H., Huang, C.-Y., Ivy, J. L., & Kuo, C.-H. (2013). Effect of acute DHEA administration on free testosterone in middle-aged and young men following high-intensity interval training. European Journal of Applied Physiology, 113(7), 1783–1792.doi:10.1007/s00421-013-2607-x 
  22. Libè, R., Barbetta, L., Dall’Asta, C., Salvaggio, F., Gala, C., Beck-Peccoz, P., & Ambrosi, B. (2004). Effects of dehydroepiandrosterone (DHEA) supplementation on hormonal, metabolic and behavioral status in patients with hypoadrenalism. Journal of Endocrinological Investigation, 27(8), 736–741.doi:10.1007/bf03347515 
  23. Wallace MB, Lim J, Cutler A, Bucci L. Effects of dehydroepiandrosterone vs androstenedione supplementation in men. Med Sci Sports Exerc. 1999;31(12):1788?1792. doi:10.1097/00005768-199912000-00014
  24. Brown, G. A., Vukovich, M. D., Sharp, R. L., Reifenrath, T. A., Parsons, K. A., & King, D. S. (1999). Effect of oral DHEA on serum testosterone and adaptations to resistance training in young men. Journal of Applied Physiology, 87(6), 2274–2283.doi:10.1152/jappl.1999.87.6.2274 
  25. Parasrampuria J, Schwartz K, Petesch R. Quality control of dehydroepiandrosterone dietary supplement products. JAMA. 1998;280(18):1565. doi:10.1001/jama.280.18.1565
  26. Prasad, A. S., Mantzoros, C. S., Beck, F. W. J., Hess, J. W., & Brewer, G. J. (1996). Zinc status and serum testosterone levels of healthy adults. Nutrition, 12(5), 344–348.doi:10.1016/s0899-9007(96)80058-x 
  27. Netter, A., Nahoul, K., & Hartoma, R. (1981). Effect of Zinc Administration on Plasma Testosterone, Dihydrotestosterone, and Sperm Count. Archives of Andrology, 7(1), 69–73.doi:10.3109/01485018109009378
  28. Kilic M, Baltaci AK, Gunay M, Gökbel H, Okudan N, Cicioglu I. The effect of exhaustion exercise on thyroid hormones and testosterone levels of elite athletes receiving oral zinc. Neuro Endocrinol Lett. 2006;27(1-2):247?252.
  29. Kilic M. Effect of fatiguing bicycle exercise on thyroid hormone and testosterone levels in sedentary males supplemented with oral zinc. Neuro Endocrinol Lett. 2007;28(5):681?685.
  30. Jalali, G. R., Roozbeh, J., Mohammadzadeh, A., Sharifian, M., Sagheb, M. M., Jahromi, A. H., … Afshariani, R. (2010). Impact of oral zinc therapy on the level of sex hormones in male patients on hemodialysis. Renal Failure, 32(4), 417–419.doi:10.3109/08860221003706958 
  31. Mirjalili, M., Moyano, E., Bonfill, M., Cusido, R., & Palazón, J. (2009). Steroidal Lactones from Withania somnifera, an Ancient Plant for Novel Medicine. Molecules, 14(7), 2373–2393.doi:10.3390/molecules14072373 
  32. Chandrasekhar, K., Kapoor, J., & Anishetty, S. (2012). A prospective, randomized double-blind, placebo-controlled study of safety and efficacy of a high-concentration full-spectrum extract of Ashwagandha root in reducing stress and anxiety in adults. Indian Journal of Psychological Medicine, 34(3), 255.doi:10.4103/0253-7176.106022 
  33. Mahdi, A. A., Shukla, K. K., Ahmad, M. K., Rajender, S., Shankhwar, S. N., Singh, V., & Dalela, D. (2011). Withania somniferaImproves Semen Quality in Stress-Related Male Fertility. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2011, 1–9.doi:10.1093/ecam/nep138 
  34. Wankhede, S., Langade, D., Joshi, K., Sinha, S. R., & Bhattacharyya, S. (2015). Examining the effect of Withania somnifera supplementation on muscle strength and recovery: a randomized controlled trial. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 12(1).doi:10.1186/s12970-015-0104-9 
  35. Hagmar, M., Berglund, B., Brismar, K., & Hirschberg, A. L. (2013). Body Composition and Endocrine Profile of Male Olympic Athletes Striving for Leanness. Clinical Journal of Sport Medicine, 23(3), 197–201.doi:10.1097/jsm.0b013e31827a8809 

 


 
Tags:
#testosteron 
0 Comment
Leave Your Comment

Latest Article