Apakah Benar Steroid itu Buruk?
sfidn.com - Guna meningkatkan tenaga dan kekuatan otot yang luar biasa, beberapa orang ada yang memilih untuk mengonsumsi beberapa zat seperti anabolic-androgenic steroids (AAS). Kandungan anabolik di dalamnya mampu meningkatkan pertumbuhan otot, sedangkan kandungan androgenik-nya mengacu pada peningkatan hormon karakteristik pria. Walaupun memang pembentukan otot yang dibantu dengan steroid terbukti bekerja secara bagus, namun kandungan steroid itu berpotensi memiliki efek samping yang besar. Pada kesempatan kali ini, kami akan mengulas secara gamblang tentang anabolic-androgenic steroids (AAS), mulai dari penggunaan, efek samping, bahaya, hingga status hukum produksinya.
Apa itu steroid?
Dilansir dari penelitian yang dilakukan oleh Jay Hoffman dan Nicholas Ratamess, anabolic-androgenic steroids (AAS) merupakan suatu bentuk sintetis dari testosteron. Steroid tersebut mampu membawa pengaruh ke seluruh bagian tubuh manusia, seperti otot, rambut, tulang, hati, ginjal, sistem reproduksi, hingga saraf. Pada dasarnya, secara alami tubuh manusia mampu memproduksi hormon testosteron. Produksi hormon testosteron akan meningkat pada pria selama masa pubertas untuk meningkatkan perkembangan sifat-sifat karakteristik pria pada umumnya, seperti pertumbuhan rambut di sekitar tubuh, suara yang lebih dalam, jakun, dorongan seks, tinggi badan, dan peningkatan massa otot.
Walau hormon testosteron lebih dianggap sebagai hormonnya para pria, namun sebenarnya para wanita juga memproduksi hormon testosteron dalam tubuhnya tetapi dengan jumlah produksi yang lebih kecil. Hormon tersebut diperlukan untuk meningkatkan kepadatan tulang dan libido yang lebih sehat. Kadar testosteron yang normal pada pria berkisar antara 300 hingga 1.000 ng / dL dan untuk wanita berkisar antara 15 sampai 70 ng / dL. Mengutip sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, konsumsi steroid akan mampu meningkatkan kadar hormon testosteron, yang menyababkan peningkatan tenaga dan massa otot.
Penggunaan Steroid dan Manfaatnya
Saat kita membicarakan steroid, maka hal pertama yang mungkin akan terlintas di benak kita adalah bahwa steroid di konsumsi oleh para binaraga untuk meningkatkan massa otot. Walaupun memang para binaraga kerap mengonsumsinya, namun steroid sebenarnya memiliki manfaat lain. Masih mengutip penelitian yang dilakukan Jay Hoffman dan Nicholas Ratamess, manfaat utama terkaid steroid anabolik adalah sebagai berikut:
- Peningkatan jaringan sel otot karena adanya peningkatan sintesis protein
- Menurunkan persentase lemak tubuh
- Meningkatkan tenaga dan kekuatan otot
- Membantu pemulihan tubuh akibat cedera dan latihan
- Meningkatkan kepadatan mineral pada tulang
- Daya tahan otot yang lebih baik
- Meningkatkan produksi sel darah merah
Tentunya manfaat ini sangat bisa dirasakan bagi beberapa kelompok individu tertentu.
a. Manfaatnya untuk Para Atlet Dalam Hal Kecepatan dan Tenaga
Dalam dunia olahraga, para atlet terus mencari cara agar bisa terus unggul dalam berbagai kompetisi. Sementara latihan kekuatan dan asupan nutrisi sudah semakin berkembang, ada beberapa atlet yang lebih memilih untuk mengonsumsi performance-enhancing drugs (PEDs). Steroid adalah salah satu bentuk dari PEDs yang di konsumsi oleh para atlit. Bahkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Sports Medicine menjelaskan bahwa PEDs terbukti mampu meningkatkan massa otot yang mengarah pada kecepatan dan tenaga. Dalam penelitian tersebut, para atlet yang mengonsumsi steroid mengalami peningkatan dalam hal kekuatan sebanyak 5 - 20%, dan peningkatan bobot tubuh sebesar 2 – 5 kg, yang disebabkan oleh peningkatan massa otot tubuh tanpa lemak.
Dalam bidang olahraga yang lebih kompetitif, dosis steroid yang digunakan cenderung cukup konservatif agar bisa menghindari hasil deteksi. Penelitian yang berjudul Brain connectivity aberrations in anabolic-androgenic steroid users menyebutkan bahwa massa otot bukanlah perhatian otama dalam hal ini, karena para atlet lebih mengutamakan pemulihan dan peningkatan tenaganya. Walaupun sebagian besar olahraga telah melarang penggunaan steroid, namun beberapa atlet merasa resiko hukuman yang didapat sepadan dengan manfaat yang dirasakan karena konsumsi steroid.
b. Manfaatnya untuk Para Atlet dalam Hal Peningkatan Kekuatan dan Massa Otot
Pada sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Sports Medicine, para peneliti menjelaskan bahwa dalam olahraga yang berfokus pada kekuatan, seperti binaraga, powerlifting, dan olimpiade angkat beban, steroid anabolik banyak dikonsumsi untuk meningkatkan massa otot, kekuatan, dan tenaga. Dalam hal ini, kekuatan, massa, dan tenaga otot sangat berhubungan langsung dengan kinerja otot tubuh secara keseluruhan. Walaupun dalam kompetisi binaraga yang paling diperhatikan adalah ukuran massa ototnya berdasarkan kategori yang di ikuti, namun ternyata ada faktor lain yang juga diperhatikan, seperti kekuatan ototnya.
Dosis konsumsi steroid anabolik pada atlet binaraga cenderung lebih kompleks, karena banyak federasi yang tidak menguji atau mempermasalahkannya. Padahal, efek sampingnya akan semakin meningkat jika di knsumsi dengan dosis yang tinggi. Beberapa atlet yang mengonsumsi steroid menggunakan strategi “stacking”, suatu istilah untuk mencampur beberapa jenis steroid anabolik. Bahkan beberapa atlet juga ada yang memasukkan hormon sintetis lainnya, seperti hormon pertumbuhan otot dan insulin.
c. Manfaatnya untuk Mereka yang Menderita Penyakit Otot
Terdapat beberapa kondisi yang menyababkan kehilangan massa otot, seperti AIDS, penyakit paru obstruktif kronik, kanker, penyakit ginjal dan hati. Mengutip dari penelitian yang diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition, walaupun steroid anabolik berpotensi menyebabkan efek samping yang tidak biasa, namun steroid bisa dikonsumsi untuk para penderita tersebut untuk membantu menjaga massa ototnya. Para peneliti menjelaskan bahwa kehilangan massa otot berkaitan erat dengan kematian terhadap penyakit-penyakit tersebut, dan steroid mampu mencegahnya untuk dapat meningkatkan hasil terapeutik dan memperpanjang umur. Walaupun steroid anabolik bukanlah satu-satunya metode untuk dapat mempertahankan massa otot, namun manfaatnya sangat berguna untuk para penderita penyakit tersebut. Tapi, efek samping potensialnya tetap harus dipertimbangkan.
Beberapa Potensi Efek Samping
Terlepas dari adanya manfaat terkait steroid anabolik, zat tersebut tetap berpotensi memiliki efek samping yang tingkat keparahannya bervariasi tergantung pada sejauh mana tubuh mengonsumsinya. Faktor genetika juga memengaruhi tubuh dalam merespon steroid anabolik. Rasio anabolik-ke-androgenik bervariasi antara berbagai jenis steroid yang pada akhirnya dapat mempengaruhi reaksi yang merugikan. Berdasarkan Kicman, A. T. dalam bukunya yang berjudul Pharmacology of anabolic steroids, anabolik mengacu pada sifat pertumbuhan otot, sedangkan androgenik mengacu pada potensi perkembangan sifat karakteristik pria. Berbagai efek samping utama terkait penggunaan steroid anabolik adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan risiko penyakit jantung. Payne, J. R. dalam penelitiannya yang berjudul Cardiac effects of anabolic steroids, menjelaskan bahwa steroid anabolik yang digunakan bersamaan dengan latihan resistensi dapat meningkatkan ukuran ventrikel kiri jantung, serta tekanan darah. Hal tersebut mampu memicu resiko penyakit jantung dan kematian.
2. Dapat meningkatkan perilaku yang agresif. Sekelompok peneliti dari Ichan School of Medicine, New York menjelaskan bahwa penggunaan steroid telah dikaitkan dengan peningkatan agresi dan impulsif pada remaja pria dan pria dewasa.
3. Dapat mempengaruhi citra tubuh. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Current Neuropharmacology, penggunaan dan ketergantungan steroid anabolik diklasifikasikan sebagai gangguan citra tubuh dalam diagnostik manual untuk gangguan penyakit mental.
4. Dapat menyebabkan kerusakan hati. Sebuah studi yang berjudul Hepatotoxicity associated with illicit use of anabolic androgenic steroids in doping menyimpulkan bahwa steroid anabolik, khususnya yang dikonsumsi secara oral, terbukti mampu meningkatkan resiko disfungsi hati.
5. Dapat menyebabkan ginekomastia. Penelitian yang di terbitkan dalam jurnal Mayo Clinic Proceedings melaporkan bahwa ketika tubuh berhenti mengonsumsi steroid anabolik, maka resiko ginekomastia bisa meningkat. Ginekomastia didefinisikan sebagai pembengkakan jaringan payudara pada pria yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon.
6. Penurunan produksi testosteron. Johnson, R. E., dan Murad, M. H menjelaskan bahwa penggunaan steroid dikaitkan dengan hipogonadisme yang ditandai dengan menyusut dan menurunnya fungsi testis.
7. Dapat menyebabkan infertilitas. Berdasarkan penelitian yang berjudul Anabolic steroids abuse and male infertility, penggunaan steroid dapat menyebabkan infertilitas karena potensinya yang dapat mengurangi produksi sperma.
8. Dapat menyebabkan kebotakan pada pria. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Baylor College of Medicine dan diterbitkan pada tahun 2016, menemukan bahwa Efek androgenik pada steroid anabolik dapat menyebabkan atau memperburuk kebotakan pada pria. Efek ini dapat bervariasi tergantung pada jenis steroid yang digunakan.
Efek Samping Bagi Wanita
Walaupun efek samping diatas dapat terjadi pada pria dan wanita, namun penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Reproductive Biology and Endocrinology dan jurnal Obstetrics & Gynecology menjelaskan bahwa terdapat beberapa efek samping tambahan pada wanita, yang meliputi:
- Suara yang semakin dalam (besar, bass)
- Perubahan wajah dan pertumbuhan rambut
- Klitoris yang membesar
- Siklus haid yang tidak teratur
- Ukuran payudara yang berkurang
- Infertilitas
Potensi Bahaya Steroid Anabolik
Penggunaan steroid anabolik memiliki beberapa resiko berbahaya yang bisa dialami oleh sebagian besar orang. Walaupun terdapat beberapa metode tertentu untuk dapat meminimalisir resiko tersebut, namun bahaya pengunaan steroid anabolik tetap tidak bisa dihindari.
1. Risiko Infeksi
Ketika menggunakan steroid anabolik, resiko terkena infeksi bisa semakin tinggi. Hal tersebut dikarenakan banyak steroid yang diproduksi di dalam laboratorium ilegal yang tidak mengikuti prosedur yang sama dengan laboratorium komersial. Pada penggunaan steroid jenis suntik, terdapat peningkatan resiko kontaminasi dan infeksi. Terlebih lagi saat membeli steroid anabolik di pasar gelap, kemungkinan salah label atau palsu yang terjadi bisa semakin meningkatkan resiko infeksi.
2. Ilegal di Sebagian Besar Negara
Status hukum penggunaan steroid anabolik bervariasi pada tiap negara, yang artinya diklasifikasikan sebagai zat ilegal di sebagian besar negara jika digunakan untuk tujuan non-terapi. Satu-satunya cara agar bisa mendapatkan dan menggunakan steroid anabolik secara legal dan aman adalah dengan meminta resep pada ahli medis professional untuk kondisi tertentu, seperti kondisi testosteron yang rendah, atau penyakit lainnya yang mampu mengurangi masa otot. Mereka yang memilih menggunakan zat ini secara ilegal berarti harusnya sudah siap juga untuk di proses secara hukum.
3. Kecanduan Mental
Walaupun steroid anabolik tidak diklasifikasikan sebagai kecanduan fisik, namun studi yang diterbitkan dalam American Journal of Psychiatry menjelaskan bahwa penggunaan jangka panjang dapat dikaitkan dengan kecanduan mental yang dapat menyebabkan ketergantungan. Lebih lanjut lagi, penelitian yang berjudul Muscle dysmorphia: current insights menjelaskan bahwa efek samping psikologis yang umum dari penggunaan steroid anabolik adalah dismorphia otot, di mana pengguna menjadi sibuk untuk memiliki tubuh yang berotot.
Apakah Ada Dosis yang Aman?
Walaupun dosis steroid anabolik yang rendah dan telah diperhitungkan dengan baik terbukti lebih aman daripada dosis yang tidak terkontrol, namun sampai saat ini tidak ada penelitian yang membandingkan keamanan penggunaan steroid dengan dosis yang berbeda. Karena pada dasarnya, testosteron sintetis digunakan untuk mengobati individu yang mengalami kadar testosteron rendah, yang disebut sebagai terapi pengganti testosteron.
Pada umumnya, terapi ini cukup aman untuk pria dengan kadar testosteron rendah saat diberikan oleh seorang profesional medis. Namun, saat dosis tinggi digunakan dalam kegiatan olahraga kompetitif, maka akan terjadi peningkatan resiko dan efek samping yang berbahaya. Terlepas dari dosisnya, menggunakan steroid anabolik selalu memilki resiko berbahaya. Namun, respon setiap individu terkait penggunaan steroid anabolik bervariasi tergantung susunan genetiknya. Karenanya, sangat sulit untuk mengatahui secara pasti bagaimana tubuh kita bisa bereaksi terhadap steroid anabolik.
Jenis Steroid Lainnya
Walaupun steroid anabolik adalah suatu jenis steroid yang paling sering dibicarakan, namun terdapat steroid lainnya yang disebut glukokortikoid atau kortikosteroid. Becker, D. E. (2013) menjelaskan bahwa hormon ini diproduksi secara alami di kelenjar adrenalin yang terletak di atas ginjal Anda. Hormon ini berfungsi sebagai mekanisme umpan balik dalam sistem kekebalan tubuh yang mengatur peradangan. Dalam bentuk sintetisnya, zat ini sering digunakan untuk mengobati penyakit tertentu terkait sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif, seperti alergi, asma, penyakit auto imun, dan sepsis.
Namun, perlu diperhatikan bahwa zat tersebut tetap berpotensi menyebabkan efek samping, peningkatan kadar gula darah dan kenaikan berat badan. Karena itu, penelitian yang diterbitkan dalam International Journal of Dermatology menyebutkan bahwa zat ini dicadangkan hanya untuk kondisi peradangan sedang hingga berat.
Kesimpulan
Anabolic-androgenic steroids (AAS) adalah bentuk sintetis dari testosteron yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan massa otot. Sementara resiko kesehatan akibat menggunakan steroid anabolik bervariasi berdasarkan jenis dan jumlah yang digunakan, steroid anabolik tetap berbahaya dan mampu menyebabkan efek samping, berapa pun jumlah dosisnya. Plus, zat ini ilegal di sebagian besar negara. Pikirkanlah terlebih dahulu sebelum menggunakan sterodi anabolik, karena resiko yang didapat jauh lebih besar daripada manfaatnya.
Referensi:
- https://www.deadiversion.usdoj.gov/pubs/brochures/steroids/lawenforcement/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3827559/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4237679/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4744441/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4837307/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5434832/
- Becker, D. E. (2013). Basic and Clinical Pharmacology of Glucocorticosteroids. Anesthesia Progress, 60(1), 25–32.doi:10.2344/0003-3006-60.1.25
- Committee Opinion No. 484: Performance Enhancing Anabolic Steroid Abuse in Women. (2011). Obstetrics & Gynecology, 117(4), 1016–1018.doi:10.1097/aog.0b013e3182192281
- Corona, G., Sforza, A., & Maggi, M. (2017). Testosterone Replacement Therapy: Long-Term Safety and Efficacy. The World Journal of Men’s Health, 35(2), 65.doi:10.5534/wjmh.2017.35.2.65
- De Naeyer, H., Bogaert, V., De Spaey, A., Roef, G., Vandewalle, S., Derave, W., … Kaufman, J.-M. (2014). Genetic Variations in the Androgen Receptor Are Associated with Steroid Concentrations and Anthropometrics but Not with Muscle Mass in Healthy Young Men. PLoS ONE, 9(1), e86235.doi:10.1371/journal.pone.0086235
- Dickerman, R. D., Pertusi, R. M., Zachariah, N. Y., Dufour, D. R., & McConathy, W. J. (1999). Anabolic Steroid-Induced Hepatotoxicity. Clinical Journal of Sport Medicine, 9(1), 34–39.doi:10.1097/00042752-199901000-00007
- Gullett, N. P., Hebbar, G., & Ziegler, T. R. (2010). Update on clinical trials of growth factors and anabolic steroids in cachexia and wasting. The American Journal of Clinical Nutrition, 91(4), 1143S–1147S.doi:10.3945/ajcn.2010.28608e
- Hartgens, F., & Kuipers, H. (2004). Effects of Androgenic-Anabolic Steroids in Athletes. Sports Medicine, 34(8), 513–554.doi:10.2165/00007256-200434080-00003
- Johnson, R. E., & Murad, M. H. (2009). Gynecomastia: Pathophysiology, Evaluation, and Management. Mayo Clinic Proceedings, 84(11), 1010–1015.doi:10.1016/s0025-6196(11)60671-x
- Jones, M., Jagim, A., Haff, G., Carr, P., Martin, J., & Oliver, J. (2016). Greater Strength Drives Difference in Power between Sexes in the Conventional Deadlift Exercise. Sports, 4(3), 43.doi:10.3390/sports4030043
- Kanayama, G., Brower, K. J., Wood, R. I., Hudson, J. I., & Pope, H. G. (2009). Issues for DSM-V: Clarifying the Diagnostic Criteria for Anabolic-Androgenic Steroid Dependence. American Journal of Psychiatry, 166(6), 642–645.doi:10.1176/appi.ajp.2009.08111699
- Kicman, A. T. (2008). Pharmacology of anabolic steroids. British Journal of Pharmacology, 154(3), 502–521.doi:10.1038/bjp.2008.165
- La Vignera, S., Condorelli, R. A., Cannarella, R., Duca, Y., & Calogero, A. E. (2018). Sport, doping and female fertility. Reproductive Biology and Endocrinology, 16(1).doi:10.1186/s12958-018-0437-8
- LI, R., XIA, J., ZHANG, X., GATHIRUA-MWANGI, W. G., GUO, J., LI, Y., … SONG, Y. (2018). Associations of Muscle Mass and Strength with All-Cause Mortality among US Older Adults. Medicine & Science in Sports & Exercise, 50(3), 458–467. doi:10.1249/mss.0000000000001448
- Moghadam-Kia, S., & Werth, V. P. (2010). Prevention and treatment of systemic glucocorticoid side effects. International Journal of Dermatology, 49(3), 239–248.doi:10.1111/j.1365-4632.2009.04322.x
- Park, H. J. (2018). Anabolic steroid-induced hypogonadism: a challenge for clinicians. Journal of Exercise Rehabilitation, 14(1), 2–3.doi:10.12965/jer.1836036.018
- Payne, J. R. (2004). Cardiac effects of anabolic steroids. Heart, 90(5), 473–475.doi:10.1136/hrt.2003.025783
- Piacentino, D., Kotzalidis, G., Casale, A., Aromatario, M., Pomara, C., Girardi, P., & Sani, G. (2015). Anabolic-androgenic Steroid use and Psychopathology in Athletes. A Systematic Review. Current Neuropharmacology, 13(1), 101–121.doi:10.2174/1570159x13666141210222725
- Solimini, M.C. Rotolo, L. Mastrobattista, C. Mortali,A. Minutillo, S. Pichini, R. Pacifici, I. Palmi. (2017). Hepatotoxicity associated with illicit use of anabolic androgenic steroids in doping. European Review for Medical and Pharmacological Sciences, 17 (21), 7-16.
- Shlomo Melmed, Kenneth Polonsky, P. Reed Larsen, Henry Kronenberg (2011). Williams Textbook of Endocrinology.
- Stergiopoulos, K., Mathews, R., Brennan, J., Setaro, J., & Kort, S. (2008). Anabolic steroids, acute myocardial infarction and polycythemia: A case report and review of the literature. Vascular Health and Risk Management, Volume 4, 1475–1480.doi:10.2147/vhrm.s4261
- Tod, D., Edwards, C., & Cranswick, I. (2016). Muscle dysmorphia: current insights. Psychology Research and Behavior Management, Volume 9, 179–188.doi:10.2147/prbm.s97404
- Wang, C., Catlin, D. H., Demers, L. M., Starcevic, B., & Swerdloff, R. S. (2004). Measurement of Total Serum Testosterone in Adult Men: Comparison of Current Laboratory MethodsVersusLiquid Chromatography-Tandem Mass Spectrometry. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 89(2), 534–543.doi:10.1210/jc.2003-031287
- Westlye, L. T., Kaufmann, T., Alnæs, D., Hullstein, I. R., & Bjørnebekk, A. (2017). Brain connectivity aberrations in anabolic-androgenic steroid users. NeuroImage: Clinical, 13, 62–69. doi:10.1016/j.nicl.2016.11.014