Bedanya Buah dan Sayur Apa, Sih?
sfidn.com – Perbedaan buah dan sayur di kalangan masyarakat tampaknya masih menyisakan keraguan yang belum terpecahkan.
Pasalnya, ada bahan pangan yang masuk dalam kelompok buah, tetapi juga bisa masuk dalam kelompok sayuran. Begitu pun sebaliknya.
Terlebih lagi, keduanya sama-sama dihasilkan dari tanaman dan atau tumbuhan. Sama-sama tinggi kandungan zat gizi pula.
Jadi, sebenarnya apa sih perbedaan buah dan sayur? Here we go!
Perbedaan antara buah dan sayuran
Menurut Rachael Link, MS, RD, ahli diet terdaftar dan penulis di situs kesehatan populer, Healthline, buah dan sayuran digolongkan berdasarkan sudut pandang botani dan kuliner.
Botani
Secara botani, buah dan sayuran diklasifikasikan lagi berdasarkan dari mana asalnya pada bagian tanaman, yaitu:
- Buah berasal dari bunga suatu tanaman, sedangkan sayuran berasal dari bagian tanaman lainnya.
- Buah mengandung biji, sedangkan sayuran tersusun atas akar, batang, dan daun.
Kuliner
Dari sisi kuliner, buah dan sayur dikelompokkan berdasarkan rasa, yaitu:
- Buah-buahan umumnya memiliki rasa yang manis atau asam dan dapat digunakan sebagai makanan penutup (desserts), makanan ringan, camilan, atau jus.
- Sayur-sayuran memiliki rasa yang lebih ringan atau gurih dan biasanya, dikonsumsi sebagai bagian dari lauk atau makanan utama.
Buah sering disalahartikan sebagai sayur, manakah yang benar?
“Tomat ini masuk kelompok buah atau sayur, ya?”
“Mentimun ini buah atau sayur, sih?”
Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Setiap orang mungkin memiliki konsepnya sendiri tentang bahan pangan mana yang dianggap buah-buahan dan bahan pangan mana yang dianggap sayur-sayuran. Setidaknya, dalam dunia kuliner.
Ada beberapa tumbuhan yang memang secara teknisnya adalah buah-buahan, meskipun itu dikategorikan sebagai sayuran karena profil rasanya. Tomat adalah salah satu contoh kontroversialnya.
Dilansir dari FindLaw, secara botani, tomat adalah buah dari tanaman yang merambat, sama halnya dengan mentimun, labu, buncis, dan kacang polong.
Namun, dalam bahasa umum masyarakat, baik itu penjual atau konsumen, semua bahan pangan ini adalah sayuran yang ditanam di kebun dan dapat dimakan matang atau mentah, seperti kentang, wortel, lobak, bit, dan kembang kol.
Sementara itu, sayuran kubis, seledri, dan selada, biasanya disajikan dengan atau setelah hidangan sup, ikan, atau daging, yang merupakan bagian dari makanan utama. Tidak seperti buah-buahan yang umumnya disajikan sebagai makanan penutup.
Beberapa contoh buah lainnya yang sering disalahartikan sebagai sayuran, seperti:
- Alpukat.
- Paprika.
- Terong.
- Zaitun.
- Timun Jepang.
Sayuran juga ada yang rasanya manis, termasuk buahkah?
Sayuran pun juga ada yang disalahartikan sebagai buah-buahan, tetapi tidak sebanyak kasus buah-buahan.
Beberapa jenis sayuran memang ada yang memiliki rasa lebih manis secara alami dibandingkan sayuran lainnya. Bahkan, jenis sayuran ini diolah serupa dengan buah-buahan sebagai makanan penutup, pai, atau makanan yang dipanggang.
Contohnya adalah pai ubi jalar. Ini adalah salah satu makanan penutup tradisional dari Thanksgiving di Amerika Serikat dan di Indonesia sendiri juga sudah banyak yang mengolahnya.
Terlepas dari rasanya yang manis, ubi jalar sebenarnya adalah kelompok sayuran yang berasal dari akar tanaman, bukan buah.
Beberapa sayuran lain yang rasanya lebih manis secara alami, yaitu bit, wortel, rutabaga, dan lobak.
Perbandingan kandungan gizi buah dan sayur
Sama-sama bernutrisi tinggi, kedua bahan pangan ini memiliki kepadatan energi yang rendah, sumber serat, vitamin, mineral, dan senyawa fitokimia seperti polifenol. Selain itu, buah dan sayur juga secara alami tinggi kandungan airnya, serta rendah protein dan lemak.
Hanya saja, karena rasanya yang manis secara alami, buah-buahan cenderung mengandung gula dan kalori yang lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan jenis sayuran.
Contohnya, satu cangkir apel mengandung 65 kalori dan 13 gram gula, sedangkan satu cangkir brokoli hanya mengandung 31 kalori dan 2 gram gula.
Di sisi lain, beberapa jenis buah mungkin juga lebih banyak serat per gramnya daripada sayur-sayuran. Secara umum, kandungan serat dalam 100 gram buah berkisar antara 2-15 gram, sedangkan sayuran berdaun menyediakan 1,2-4 gram serat dengan berat yang sama.
Sama halnya dengan kadar air dalam buah dan sayur yang sangat bervariasi. Sayuran berdaun mungkin kandungan airnya sekitar 84-95%, sedangkan kandungan air dalam buah-buahan sedikit lebih rendah, yaitu berkisar 61-89%.
Perbedaan kandungan zat gizi antara buah dan sayur
Berikut ini perbedaan kandungan zat gizi beberapa jenis buah dan sayur yang sering dikonsumsi, yaitu:
- Umbi: kaya serat, sumber vitamin C, beta-karoten, kalium, dan vitamin B.
- Buah jeruk (citrus): tinggi vitamin C, beta-karoten, asam folat, dan antioksidan.
- Sayuran Cruciferous (seperti kubis, brokoli, kembang kol, kangkung, lobak, dan selada air): mengandung glukosinolat, sekelompok senyawa yang terbukti memiliki efek pencegahan kanker.
- Buah beri-berian: kaya antosianin, senyawa antiinflamasi yang terbukti dapat mengurangi stres oksidatif dan meningkatkan kesehatan jantung.
- Sayuran hijau: sumber karotenoid, seperti lutein dan zeaxanthin, yang telah terbukti dapat mengurangi risiko penyakit jantung, stroke, dan kanker.
Buah dan sayur memiliki kandungan gizi yang beragam antar satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, mengonsumsi buah dan sayuran yang beragam sangat baik untuk kesehatan Anda, karena memperoleh zat gizi yang beragam pula.
Manfaat makan buah dan sayur untuk kesehatan
Hingga saat ini, banyak sekali penelitian secara ilmiah yang membuktikan manfaat buah dan sayur bagi kesehatan. Berikut ini rangkumannya:
1. Mengurangi risiko penyakit jantung.
Satu studi menemukan bahwa makan lebih dari 3 porsi sayur dan buah setiap hari bisa menurunkan risiko penyakit jantung hingga 70%. Meski buah dan sayur rendah kalori, tetapi tinggi serat yang bermanfaat untuk kesehatan jantung Anda.
2. Menjaga berat badan sehat dan ideal.
Dengan seratnya yang tinggi, buah dan sayur juga dapat membantu menjaga berat badan Anda tetap terkendali.
Hal ini dibuktikan melalui studi yang melibatkan 133.000 orang dalam kurun waktu 24 tahun. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa saat orang meningkatkan asupan buah dan sayuran non-tepung, berat badannya pun cenderung menurun.
3. Mengurangi risiko kanker kolorektal.
Studi tahun 2001 dan 2009 berhasil membuktikan bahwa konsumsi buah dan sayuran yang lebih tinggi dapat mengurangi risiko kanker kolorektal. Ini adalah keganasan yang terjadi di jaringan usus besar, yaitu kolon (bagian terpanjang) dan/atau rektum (bagian ujung berukuran kecil sebelum anus).
4. Mengelola diabetes dengan baik.
Asupan buah dan sayur juga bermanfaat bagi penderita diabetes. Ini karena kandungan seratnya yang dapat memperlambat penyerapan gula, sehingga kadar gula darah Anda tetap stabil.
Satu studi menunjukkan bahwa peningkatan asupan buah dan sayuran dapat menurunkan perkembangan diabetes. Dengan catatan, buah atau sayur dikonsumsi segar, bukan dalam bentuk jus.
Mengapa? Selain karena ada penambahan bahan lain yang seringnya tinggi gula, seperti gula pasir dan susu kental manis, kandungan serat dalam jus buah cenderung berkurang, bahkan tidak ada seratnya.
Baik itu buah atau sayur yang Anda konsumsi, keduanya sama-sama bernilai gizi tinggi dan menyehatkan untuk tubuh. Keragaman jenis buah dan sayur yang tersedia bisa menjadi pilihan untuk menu makanan Anda sehari-hari.
ODPHP merekomendasikan untuk makan setidaknya 5 porsi buah dan sayuran setiap hari, dengan 3 cangkir untuk sayur-sayuran dan 2 cangkir untuk buah-buahan.
Pada akhirnya, perbedaan buah dan sayur tidaklah sepenting Anda mengonsumsi keduanya untuk kesehatan tubuh.
Referensi:
- Abdull Razis AF, Noor NM. 2013. Cruciferous vegetables: dietary phytochemicals for cancer prevention. Asian Pac J Cancer Prev. 14 (3): 1565-70.
- Basu et al. 2010. Berries: emerging impact on cardiovascular health. Nutr Rev. 68 (3): 168-77.
- Bazzano et al. 2008. Intake of fruit, vegetables, and fruit juices and risk of diabetes in women. Diabetes Care. 31 (7): 1311-7.
- Bertoia et al. 2015. Changes in Intake of Fruits and Vegetables and Weight Change in United States Men and Women Followed for Up to 24 Years: Analysis from Three Prospective Cohort Studies. PLoS Med. 12 (9): e1001878.
- Chandrasekara A, Josheph Kumar T. 2016. Roots and tuber crops as functional foods: a review on phytochemical constituents and their potential health benefits. Int J Food Sci. 2016: 3631647.
- FindLaw (1983). United States Supreme Court.
- Nikoli? et al. 2008. Fruit and vegetable intake and the risk for developing coronary heart disease. Cent Eur J Public Health. 16 (1): 17-20.
- ODPHP. 2015-2020 Dietary Guidelines.
- Ribaya-Mercado JD, Blumberg JB. 2004. Lutein and zeaxanthin and their potential roles in disease prevention. J Am Coll Nutr. 23 (6 Suppl): 567S-587S.
- Silalahi J. 2002. Anticancer and health protective properties of citrus fruit components. Asia Pac J Clin Nutr. 11 (1): 79-84.
- Terry et al. 2001. Fruit, vegetables, dietary fiber, and risk of colorectal cancer. J Natl Cancer Inst. 93 (7): 525-33.
- van Duijnhoven et al. 2009. Fruit, vegetables, and colorectal cancer risk: the European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition. Am J Clin Nutr. 89 (5): 1441-52.