Mengenal Post Cycle Therapy (PCT) Pasca Penggunaan Steroid
sfidn.com - Ada banyak alasan mengapa steroid dikatakan ilegal. Salah satunya sebab efek samping yang ditimbulkan. Hampir semua steroid anabolik memiliki efek samping berupa resiko dinonaktifkannya produksi alami testosteron. Begitu pun dengan testosteron di dalam tubuh yang diubah menjadi estrogen melalui proses bernama aromatisasi. Proses aromatisasi ini yang kemudian menimbulkan efek samping feminisasi pada laki-laki seperti ginekomastia atau payudara membesar. Tak menutup kemungkinan pula beberapa efek samping lain dapat ditimbulkan seperti kekacauan hormon hingga timbulnya jerawat. Bersamaan dengan itu, hadir sebuah siklus yang dinamakan Post Cycle Therapy atau PCT, yang disebut dapat meminimalisir efek samping penggunaan steroid.
Apa Itu Post Cycle Therapy (PCT)?
Post cycle therapy. Foto: youtube.com/tarungill
Sesuai namanya, PCT atau Post Cycle Therapy adalah siklus terapi yang dilakukan pasca penggunaan steroid. Siklus ini dilakukan guna mengembalikan keseimbangan hormon yang diharap mampu meminimalisir efek samping penggunaan steroid. Siklus ini dianggap penting untuk mengembalikan produksi alami testosterone dan mengembalikan keseluruhan fungsi internal tubuh. Begitu pun dengan klaimnya yang mampu mempertahankan peningkatan massa otot yang telah diraih selama siklus steroid. Seperti diketahui, begitu tubuh berhenti dari siklus steroid, tubuh berhenti pula dari keadaan anabolik. Hasilnya, segala pencapaian yang telah diraih selama siklus steroid, sulit untuk dipertahankan. Secara singkat, PCT bisa disebut sebagai proses detox tubuh terhadap efek samping penggunaan steroid, namun dengan tetap mempertahankan apa yang telah diraih.
Beberapa Jenis Produk PCT
Post cycle therapy. Foto: steroidcycles.org
Jika berbicara tentang produk PCT, Clomid, Novaldex, dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah yang paling populer. Clomid dan novaldex bisa digunakan satu per satu atau bersamaan. Keduanya pun disebut sangat efektif dalam memblokade produksi estrogen langsung dari sumbernya, yakni kelenjar hipofisis dan kelenjar hipotalamus. Begitu pun dengan HCG yang sama baiknya.
1. Clomid
Jika steroid adalah bentuk sintetis dari testosteron, maka clomid adalah bentuk sintetis dari estrogen. Clomid atau yang juga disebut dengan clomiphene citrate, dirancang untuk meningkatkan kesuburan pada wanita. Mereka bekerja dengan menstimulasi kelenjar hipofisis untuk meningkatkan kadar hormon luteinisasi dan hormon perangsang folikel yang mengarah pada stimulasi produksi testosteron pada pria. Karena itu, clomid biasa digunakan dalam PCT untuk mengembalikan fungsi produksi testosteron yang alami dan memblokir estrogen.
Melansir dari laman steroidcycle.org, disamping manfaatnya dalam memblokir estrogen dan merangsang produksi alami testosteron, clomid membawa beberapa potensi efek samping yang terkait dengan penglihatan dan perubahan suasana hati. Dimana masalah penglihatan ini termasuk keburaman hingga gangguan pada sensitivitas cahaya. Pada tingkat yang lebih buruk, penggunaan clomid dalam dosis besar dan berkepanjangan bisa menyebabkan katarak, penumpukan cairan di makula, hingga kebutaan.
2. Novaldex
Novaldex atau tamoxifen ditujukan untuk menghentikan pengikatan estrogen ke reseptor, terutama di jaringan payudara. Dimana obat ini memang dikembangkan untuk mengobati kasus-kasus kanker payudara. Penggunaannya dalam PCT disebut membantu mengurangi efek samping ginekomastia pada laki-laki. Oleh sebab itu, mereka sangat populer dikonsumsi oleh sebagian besar pengguna steroid.
Jika dibandingkan dengan clomid, novaldex cenderung memberikan manfaat yang lebih ringan. Novaldex memberikan efek anti-estrogen dan pro-testosteron, yang mana tidak menghentikan pembentukan estrogen. Begitu pun dengan potensi efek samping yang lebih ringan, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, dan kerontokan rambut. Meski begitu, pengunaan novaldex juga disebut berpotensi mengurangi hormon IGF-1, yakni hormon yang diproduksi sebagai respon terhadap hormon pertumbuhan.
3. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
HCG adalah hormon yang dapat membantu membalikkan atau mencegah beberapa efek samping yang lebih parah dari penggunaan steroid, seperti penyusutan testis dan potensi infertilitas. Secara medis, HCG digunakan oleh pria yang memiliki masalah berupa testosteron rendah dan infertilitas. Jadi, penggunaan HCG dalam PCT memang ditujukan untuk mengembalikan dan meningkatkan produksi alami testosteron, mengembalikan testis ke ukuran dan fungsi yang normal, meningkatkan produksi sperma, dan mencegah kerusakan otot.
Di samping manfaatnya, HCG juga membawa sejumlah potensi efek samping yang mencakup kelelahan, sakit kepala, depresi, ginekomastia, serta pembengkakan kaki dan tangan. Di sisi lain, ketika HCG digunakan dalam jangka waktu panjang, mereka justru dapat menghambat produksi sperma dan testosteron.
Kesimpulan
PCT atau Post Cycle Therapy merupakan bagian penting dari penggunaan steroid. Siklus terapi pasca penggunaan steroid ini dilakukan guna mengembalikan keseimbangan hormon yang diharap mampu meminimalisir efek samping. Sebagian besar obat yang digunakan dalam PCT ini berfungsi untuk menekan dan memblokir produksi estrogen sehingga produksi testosteron alami dapat dikembalikan. Dimana durasi PCT ini pun berbeda-beda tergantung steroid yang digunakan. Meski mampu meminimalisir efek samping penggunaan steroid, PCT nyatanya membawa sejumlah efek samping, terlebih jika digunakan dalam dosis besar dan berkepanjangan.
Referensi
-
https://gainsmadness.com/what-is-pct-post-cycle-therapy/
-
https://steroidcycle.org/post-cycle-therapy/
-
https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682704.html
-
https://www.fda.gov/consumers/consumer-updates/hcg-diet-products-are-illegal
-
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Tamoxifen
-
McBride, J. A., Coward, R. M. (2016). Recovery of spermatogenesis following testosterone replacement therapy or anabolic-androgenic steroid use. Asian J Androl, 18(3), 373-80. doi: 10.4103/1008-682X.173938
-
Griffiths, S., Henshaw, R., McKay, F. H., Dunn, M. (2017). Post-cycle therapy for performance and image enhancing drug users: A qualitative investigation. Performance Enhancement & Health, 5(3), 103-107. https://doi.org/10.1016/j.peh.2016.11.002