Mitos dan Fakta Seputar MSG
sfidn.com – Monosodium Glutamat (MSG) atau yang lebih sering kita sebut sebagai mecin adalah zat aditif makanan yang telah digunakan lebih dari 100 tahun lalu. Bukan tanpa alasan, MSG yang merupakan gabungan antara garam natrium dan asam glutamat mampu memberikan rasa umami melalui penyeimbangan, penyatuan, dan penyempurnaan persepsi total rasa pada makanan. Penggunaan MSG pun terus meningkat seiring berkembang pesatnya industri makanan. Di sisi lain, penggunaan MSG juga memiliki banyak kesalahpahaman, mulai dari MSG tinggi akan sodium, MSG dapat menyebabkan kerusakan otak, hingga MSG-lah yang menyebabkan Chinese Restaurant Syndrome. Padahal, U.S. Food and Drug Administration (FDA) mengklasifikasikan MSG sebagai Generally Recognized as Safe (GRAS) atau telah diakui aman secara umum. Karena itu, mari bahas satu per satu fakta dibalik mitos seputar MSG.
1. Mitos : MSG Tinggi Akan Sodium
Fakta : Kandungan Sodium Pada MSG Hanya Sepertiga Kandungan Sodium Pada Garam Meja
MSG secara keliru dianggap sebagai zat yang tinggi akan sodium atau natrium. Padahal, jika dibandingkan dengan jumlah natrium pada garam meja, MSG hanya mengandung sepertiganya. NSW Food Authority mencatat bahwa MSG mengandung sekitar 12% natrium, sementara garam meja mengandung sekitar 40% natrium. Prof. Dr. Hardinsyah, MS selaku Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia pun mengatakan bahwa MSG justru dapat membantu menurunkan asupan sodium dengan mengurangi penggunaan NaCl atau garam dapur. Seperti diketahui, asupan sodium yang melebihi batas rekomendasi harian, yakni 2000-2300 mg atau setara dengan satu sendok teh garam, dapat meningkatkan resiko stroke, gagal jantung, hingga penyakit ginjal.
2. MSG Dapat Menyebabkan Reaksi Alergi
Fakta : MSG Bukanlah Alergen
MSG seringkali dikatakan dapat menimbulkan reaksi alergi, seperti sakit kepala, berkeringat, nyeri dada, hingga kesemutan. Perlu diketahui, MSG terbuat dari garam natrium dan asam glutamat. Glutamat sendiri termasuk asam amino non-esensial yang secara alami terdapat di dalam tubuh. Beberapa makanan seperti keju parmesan, daging, dan sayuran pun mengandung glutamat. Jika dilihat dari hal ini, kecil kemungkinannya MSG dapat sebabkan alergi. Penelitian pun tidak menemukan adanya keterkaitan antara MSG dan reaksi alergi tersebut. Hal ini diperkuat kembali oleh American College of Allergy, Asthma and Immunology yang menyatakan bahwa MSG bukanlah alergen.
Alih-alih sebabkan reaksi alergi, beberapa orang mungkin memiliki hipersensitivitas MSG. Alergi terjadi karena adanya keterlibatan protein yakni IgE, sebuah antibodi yang bekerja di bagian alergi sistem kekebalan. Sementara, sensitivitas terjadi ketika tubuh sensitif terhadap bahan tertentu. Jadi, sensitivitas MSG tidak bisa disamakan dengan alergi. Gejala yang ditimbulkan akibat sensitivitas ini pun cenderung ringan dan akan hilang sendirinya.
3. MSG Memiliki Efek Buruk Untuk Otak
Fakta : MSG Tidak Terbukti Sebabkan Pelemahan Otak
Salah satu mitos yang paling banyak beredar terkait penggunaan MSG adalah MSG dapat menyebabkan kerusakan otak. International Glutamate Information Service mengungkap bahwa sejumlah penelitian membuktikan bahwa MSG tidak memiliki efek negatif pada sistem saraf pusat di otak. Sebuah eksperimen bahkan pernah dilakukan dengan meningkatkan kandungan glutamat sebanyak 10 kali. Hasilnya, tidak ada satupun glutamat yang masuk ke otak. Leona Victoria Djajadi MND, ahli gizi dan diet dari University of Sydney pun menyatakan hal serupa bahwa MSG tidak terbukti membuat otak menjadi lemot ataupun bodoh.
4. MSG Sebabkan Pusing dan Migrain
Fakta : MSG Tidak Termasuk Makanan yang Sebabkan Sakit Kepala
International Glutamate Information Service mengatakan bahwa MSG tidaklah memicu sakit kepala. Beberapa makanan memang telah dikaitkan dengan migrain, namun MSG tidak terbukti secara langsung, bahkan setelah penelitian ekstensif dengan dosis oral glutamat dalam jumlah besar. Pada Januari 2018, International Headache Society pun mengeluarkan MSG dari faktor penyebab sakit kepala. Sebelumnya, MSG pernah terdaftar sebagai zat yang dikaitkan dengan sakit kepala di International Classification of Headache Disorders (ICHD). Namun kini, dalam ICHD 3rd edition, bukti ilmiah terbaru membuat MSG dihapus dari daftar tersebut.
5. MSG Sebabkan Obesitas
Fakta : Pembuktian MSG Dapat Sebabkan Obesitas Masihlah Lemah
Beberapa orang mengasosiasikan MSG dengan penambahan berat badan. Ini mungkin terjadi karena adanya penelitian pada hewan yang menyuntikkan MSG dalam dosis tinggi dan menghasilkan kegemukan. Namun, hasil ini cenderung lemah dan tidak konsisten pada manusia. Dua penelitian di China yang masing-masing diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition dan Obesity Society mengaitkan asupan MSG sebanyak 0,33-2,2 gram per hari dengan penambahan berat badan. Sementara, pada orang dewasa di Vietnam, asupan rata-rata 2,2 gram per hari tidak dikaitkan dengan berat badan. Dua buah penelitian lain yang mengaitkan peningkatan asupan MSG dengan penambahan berat badan dan sindrom metabolik di Thailand pun mendapatkan kritik karena dianggap cacat metodologis.
6. MSG Sebabkan “Chinese Restaurant Syndrome”
Fakta : Penelitian Tidak Membuktikan Bahwa MSG Penyebab Chinese Restaurant Syndrome
Chinese Restaurant Syndrom adalah istilah yang menggambarkan suatu gejala seperti sakit kepala, mual, kulit memerah, hingga mati rasa pada orang-orang tertentu selepas mengonsumsi makanan di restoran Cina. Istilah yang muncul di tahun 1960-an ini berawal dari Dr. Ho Man Kwok yang menginformasikan kepada New England Journal of Medicine mengenai beberapa kemungkinan penyebab sindrom yang selalu dialami selepas mengonsumsi makanan di restoran Cina di Amerika Serikat. Sejak itulah, MSG dianggap sebagai bahan tambahan pada makanan yang menyebabkan Chinese Restaurant Syndrome.
Nyatanya, belum ada penelitian yang benar-benar menunjukkan bahwa MSG-lah penyebab Chinese Restaurant Syndrome. Sementara, bagi mereka yang mengalami sindrom ini, penelitian mengungkap adanya kemungkinan berupa ketidakmampuan tubuh dalam mengisolasi glutamat. International Glutamate Information Service juga menyebut adanya kemungkinan berupa hipersensitivitas MSG sehingga seseorang mengalami sejumlah reaksi pasca mengonsumsi makanan dengan kandungan glutamat yang tinggi.
Kesimpulan
MSG merupakan salah satu zat dalam makanan yang paling banyak diteliti selama lebih dari 40 tahun. Berbagai kajian ilmiah internasional dilakukan guna mengungkap fakta dibalik penggunaan MSG. Beragam mitos pun tersebar, mulai dari MSG tinggi akan sodium hingga MSG sebabkan Chinese Restaurant Syndrome. Nyatanya, penelitian tidak menemukan kebenaran atas mitos-miitos tersebut. Bukti-bukti yang ada juga cenderung lemah dan tidak konsisten. Jadi, penggunaan MSG dalam sebuah makanan tidaklah berbahaya, selama dikonsumsi dalam jumlah yang tepat dan tidak melebihi batas wajar.
Referensi
-
https://www.fda.gov/food/food-additives-petitions/questions-and-answers-monosodium-glutamate-msg
-
https://glutamate.org/safety/myths-versus-facts-about-msg-side-effects/
-
https://www.unileverfoodsolutions.com.au/chef-inspiration/chef-training-and-resources/allergens-facts-training-and-guides-for-chefs/myths-and-facts-on-msg.html
-
http://www.bbc.com/future/story/20151106-is-msg-as-bad-as-its-made-out-to-be
-
http://www.foodauthority.nsw.gov.au/foodsafetyandyou/keeping-food-safe/other-topics/msg
-
https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/nutrition-and-healthy-eating/expert-answers/monosodium-glutamate/faq-20058196
-
http://www.nationalacademies.org/hmd/Reports/2004/Dietary-Reference-Intakes-Water-Potassium-Sodium-Chloride-and-Sulfate.aspx
-
https://health.gov/dietaryguidelines/2015/resources/2015-2020_Dietary_Guidelines.pdf
-
https://foodinsight.org/monosodium-glutamate-msg-from-a-to-umami/
-
https://www.healthline.com/health/allergies/msg
-
https://www.healthline.com/health/chinese-restaurant-syndrome#symptoms
-
https://www.livescience.com/36256-salt-bad-health.html
-
https://www.everydayhealth.com/allergy/does-msg-allergy-really-exist.aspx
-
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3813278/ragam-mitos-msg-dari-bikin-otak-lemot-sampai-berbahaya-bagi-kesehatan
-
https://food.detik.com/info-sehat/d-3829806/lebih-berbahaya-mana-untuk-kesehatan-garam-atau-msg
-
Loliger, J. (2000). Function and importance of Glutamate for Savory Foods. Journal of Nutrition, 130 (4s Suppl), 915s–920s
-
Yamaguchi, S.(1991). Basic properties of umami and effects on humans. Physiology & Behavior, 49(5), 833–841. doi:1016/0031-9384(91)90192-Q
-
Ikeda, K. (2002). New seasonings. Chem Senses, 27 (9), 847–849. doi: 1093/chemse/27.9.847
-
Maluly, H. D. B., Arisseto?Bragotto, A. P., Reyes, F. G. R. (2017). Monosodium glutamate as a tool to reduce sodium in foodstuffs: Technological and safety aspects. Food Sci Nutr, 5(6), 1039–1048. doi: 1002/fsn3.499
-
Sicherer, S. H. (2006). Food allergy: a practice parameter. Annals Of Allergy, Asthma & Immunology, S2-S96
-
Headache Classification Committee of the International Headache Society (IHS). (2018). The International Classification of Headache Disorders, 3rd edition. 38(1), 1–211. doi: 10.1177/033310241773820
-
Shimada, A., Baad-Hansen, L., Castrillon, E. Et al. (2015). Differential effects of repetitive oral administration of monosodium glutamate on interstitial glutamate concentration and muscle pain sensitivity. Nutrition, 31(2), 315-23. doi: 10.1016/j.nut.2014.07.011
-
Nakadate, K., Motojima, K., Kamata, S., et al. (2014). [Pathological changes in hepatocytes of mice with obesity-induced type 2 diabetes by monosodium glutamate]. Yakugaku Zasshi, 134(7), 829-38
-
Tsuneyama, K., Nishida, T., Baba, H., et al. (2014). Neonatal monosodium glutamate treatment causes obesity, diabetes, and macrovesicular steatohepatitis with liver nodules in DIAR mice. J Gastroenterol Hepatol, 29(9), 1736-43. doi: 10.1111/jgh.12610
-
Ka, H., Shufa, Du., Pengcheng, X., et al. (2011). Consumption of monosodium glutamate in relation to incidence of overweight in Chinese adults: China Health and Nutrition Survey (CHNS). Am J Clin Nutr, 93(6), 1328–1336. doi: 3945/ajcn.110.008870
-
He, K., Zhao, L., Daviglus, M. L., et al. (2008). Association of monosodium glutamate intake with overweight in Chinese adults: the INTERMAP Study. Obesity (Silver Spring), 16(8), 1875-80. doi: 10.1038/oby.2008.274
-
Thu Hien, V. T., Thi Lam, N., Cong Khan, N., et al. (2013). Monosodium glutamate is not associated with overweight in Vietnamese adults. Public Health Nutr, 16(5), 922-7. doi: 10.1017/S1368980012003552
-
Insawang, T., Selmi, C., Cha'on, U., et al. (2012). Monosodium glutamate (MSG) intake is associated with the prevalence of metabolic syndrome in a rural Thai population. Nutr Metab (Lond), 9(1), 50. doi: 10.1186/1743-7075-9-50
-
Chinna, K., Karupaiah, T. (2013). Assessment of monosodium glutamate (MSG) intake in a rural Thai community: questioning the methodological approach. Nutr Metab (Lond), 10, 52. doi: 1186/1743-7075-10-52