sfidn - Pengertian dan Manfaat Suplemen BCAA

Pengertian dan Manfaat Suplemen BCAA

sfidn.com - Branched-Chain Amino Acid (BCAA) atau dalam bahasa Indonesia-nya diartikan sebagai asam amino rantai bercabang, adalah sekelompok asam amino esensial yang terdiri dari leusin, isoleusin, dan valin. Pada umumnya, suplemen BCAA dikonsumsi untuk membantu meningkatkan perkembangan massa otot dan juga meningkatkan performa dalam berlatih. Asam amino ini juga mampu menurunkan dan mengurangi rasa lelah setelah berlatih. Pada kesempatan kali ini, kami akan memberikan informasi yang lebih mendalam tentang pengertian dan manfaat Suplemen BCAA.

Pengertian BCAA

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, BCAA terdiri dari tiga asam amino esensial yaitu, leusin, isoleusin dan valin. Asam amino ini dikelompok bersamaan karena ketiganya merupakan satu-satunya asam amino yang memiliki rantai bercabang dalam satu sisi yang sama. Struktur molekul dari BCAA akan terlihat seperti ini:

BCAA dianggap sangat penting karena tubuh tidak mampu memproduksi asam amino ini. Oleh karena itu, tubuh perlu mendapatkannya dari asupan makanan atau minuman.

Manfaat BCAA

BCAA mampu membentuk sebagian besar total asam amino dalam tubuh. Jurnal artikel yang diterbitkan dalam The Journal of Nutrition mengatakan bahwa BCAA mampu mewakili sekitar 35 - 40% asam amino yang ada di dalam tubuh dan 14 – 18% nya bisa ditemukan di dalam otot manusia. Berbeda dari kebanyakan asam amino lainnya, sebagian besar BCAA akan terurai di dalam otot, bukan di hati. Oleh karena itulah, sekelompok peneliti dari Jepang mengatakan bahwa BCAA berperan penting dalam produksi energi selama proses latihan.

Selain itu, BCAA juga memiliki peran penting lainnya di dalam tubuh. Beberapa penelitian yang di terbitkan dalam The Journal of Nutrition melaporkan bahwa tubuh manusia mampu memanfaatkan BCAA sebagai bahan penyusun protein dan pembentuk sel otot baru. Lebih lanjut lagi, para peneliti melaporkan bahwa BCAA kemungkinan besar terlibat dalam mengatur kadar gula darah dalam tubuh dan menjaga kadar gula dalam hati dan otot sehingga akan menstimulari sel-sel dalam tubuh untuk mengambil gula hanya dari aliran darah.

Sedangkan seorang peneliti dari Swedia yang jurnalnya diterbitkan dalam The Journal of Nutrition tahun 2006 melaporkan bahwa BCAA mampu membantu mengurangi rasa lelah yang dirasakan saat berolahraga dan mampu membantu mengurangi produksi serotonin yang terdapat di dalam otak.  Dengan kata lain, bisa disimpulkan bahwa leucine memiliki dampak yang besar untuk membangun proses protein pada otot. Sedangkan isoleusin dan valin lebih efektif dalam menghasilkan energi dan mengatur kadar gula darah dalam tubuh. Berbagai manfaat lainnya dari BCAA akan kita bahas di bawah ini:

  1. Suplemen BCAA Mampu Mengurangi Rasa Lelah Karena Berolahrga

Mengonsumsi suplemen BCAA terbukti mampu membantu mengurangi rasa lelah, baik itu secara fisik maupun mental. Penelitian dalam hal ini telah dilakukan dan diterbitkan dalam jurnal Acta Physiologica Scandinavica dan European Journal of Applied Physiology yang melaporkan bahwa rasa lelah yang dirasakan para peserta selama latihan yang diberikan suplemen BCAA mampu berkurang hingga 15% dibandingkan dengan para peserta yang hanya diberikan plasebo. Hal ini di dukung dengan penelitian yang dilakukan oleh sekelompok peneliti dari University of Sao Paulo, Brazil yang melaporkan bahwa peningkatan resistensi terhadap kelelahan ini membantu latihan kelompok peserta yang diberikan suplemen BCAA selama 17% lebih lama sebelum mencapai kelelahan, dibandingkan dengan kelompok peserta yang hanya diberikan plasebo.

Penelitian lainnya datang dari peneliti asal Rutgers University yang melakukan uji coba terhadap para peserta yang di minta untuk bersepeda di bawah udara yang panas. Sebagian dari mereka diminta untuk minum minuman yang mengandung BCAA dan sebagian yang lainnya hanya meminum plasebo. Hasilnya, mereka yang meminum minuman BCAA mampu bersepeda 12% lebih lama dari pada mereka yang hanya memimun plasebo.

Namun, sebagian peneliti lainnya tidak menemukan adanya peningkatan performa walaupun rasa lelah sudah berkurang. Di sisi lain, para peneliti dari Swedia mengatakan bahwa manfaat BCAA dalam mengurangi rasa lelah mungkin akan lebih terasa pada orang yang tidak terlatih dibandingkan dengan mereka yang sudah terlatih.

  1. Suplemen BCAA Mampu Mengurangi Nyeri Otot

BCAA juga terbukti mampu membantu otot tubuh dalam mengurangi rasa sakit setelah berolahraga. Salah satu caranya adalah dengan menurunkan kadar enzim creatine kinase dan laktat dehidrogenase dalam darah, yang terlibat dalam kerusakan otot. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan dua orang peneliti dari University of Tasmania, Australia yang melaporkan bahwa BCAA mampu meningkatkan pemulihan dan memberikan perlindungan pada kerusakan otot.

Berbagai penelitian telah dilakukan dan meminta para peserta untuk menilai tingkat nyeri otot mereka setelah melakukan latihan angkat beban. Seperti penelitian yang diterbitkan dalam Journal of the International Society of Sports Nutrition yang melaporkan bahwa peserta yang diberi suplemen BCAA menilai tingkat nyeri otot yang mereka rasakan adalah sebanyak 33% lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang hanya diberi plasebo. Hasil ini di teliti lebih lanjut oleh penelitian yang dilakukan oleh dua orang peneliti dari University of Lincoln, United Kingdom yang melaporkan bahwa mereka yang diberikan BCAA mampu memberikan performa hingga 20% lebih baik ketika mengulangi tes latihan kekuatan yang sama dalam kurun waktu 24 – 48 jam kemudian. Namun, hal ini diperbarui dengan disertasi yang dilakukan oleh Trisha A. VanDusseldorp asal The University of New Mexico tahun 2016 yang mengatakan bahwa efek dari suplemen BCAA dapat bervariasi berdasarkan jenis kelamin atau total kandungan protein dari makanan Anda.

  1. Suplemen BCAA Mampu Meningkatkan Massa Otot

Umumnya, mereka yang membeli suplemen BCAA bertujuan untuk meningkatkan massa otot mereka. Hal ini tentu berkaitan dengan laporan yang tertulis dalam The Journal of Nutrition yang menunjukkan bahwa BCAA mampu mengaktifkan enzim yang bertanggung jawab dalam membangun massa otot. Penelitian lainnya yang diterbitkan dalam jurnal Sports Medicine pun menunjukkan bahwa suplemen BCAA efektif dalam meningkatkan massa otot, terutama jika suplemen BCAA itu memiliki kandungan leusin yang lebih tinggi dari pada isoleusin dan valin.

Namun, saat ini tidak ada bukti yang mengatakan bahwa mengonsumsi suplemen BCAA akan jauh lebih baik dari pada diet tinggi protein, suplmen whey protein, atau suplemen protein kedelai yang lebih murah. Karena faktanya, penelitian yang dilakukan sekelompok peneliti dari University of Jyväskylä dan diterbitkan dalam jurnal Nutrition & Metabolism melaporkan bahwa dalam beberapa kasus, mengonsumsi suplemen dengan protein akan lebih baik untuk pertumbuhan massa otot daripada hanya mengonsumsi suplemen dengan asam amino individu.

  1. Suplemen BCAA Mampu Menurunkan Kadar Gula Darah

BCAA juga ternyata mampu menjaga dan menurunkan kadar gula darah dalam batas yang normal. Para peneliti dan ahli melaporkan bahwa leusin dan isoleusin mampu meningkatkan seksresi insulin dan menyebabkan otot Anda mengambil lebih banyak gula dari darah tubuh sehingga menurunkan kadar gula darah. Namun ternyata, tidak semua peneliti mendukung hasil tersebut. Seperti kedua hasil penelitian yang dikeluarkan dalam jurnal Cell Metabolism yang menyatakan bahwa saat BCAA di kombinasikan dengan diet tinggi lemak, maka mengonsumsinya dalam bentuk suplemen dapat menyebabkan resistensi insulin.

Namun, studi di atas umumnya baru dilakukan pada suatu hewan atau sel tertentu, yang berarti hasilnya tidak sepenuhnya bisa di samakan dengan objek manusia atau dengan kata lain, efek pada manusi akan bervariasi. Sebagai contoh, penelitian yang dilakuakan oleh sekelompk peneliti dari Kanazawa University Graduate School of Medical Science ditahun 2012 melibatkan para penderita penyakit liver dan memberikan 12,5 gram BCAA untuk dikonsumsi tiga kali sehari. Hasilnya, kadar gula darah pada 10 peserta tersebut terbukti berkurang, sedangkan 17 pesarta lainnya tidak mengalami efek apapun. Oleh karenanya, studi dan penelitian tentang hal ini perlu dilakukan lebih banyak lagi.

  1. Suplemen BCAA Mampu Menurunkan Berat Badan

Terdapat asumsi yang mengatakan bahwa suplemen BCAA mampu mencegah terjadinya penambahan berat badan dan mampu membakar lebih banyak lemak. Faktanya, penelitian observasional yang ditemukan dalam The Journal of Nutrition dan jurnal Nutrients melaporkan bahwa mereka yang mengonsumsi rata-rata 15 gram BCAA dari makanan mereka setiap hari mampu mencegah kelebihan berat badan atau obesitas 30% lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang hanya mengonsumsi rata-rata 12 gram perharinya.. Namun, perlu dicatat pula bahwa pada penelitian tersebut, mereka yang mengonsumsi BCAA lebih sedikit juga mengonsumsi sekitar 20 gram protein lebih sedikit dari total kebutuhan hariannya dan itu kemungkinan mempengaruhi hasil. Jadi, jika Anda mencoba untuk menurunkan berat badan, Anda bisa mencoba mengonsumsi BCAA karena mampu menghilangkan lemak yang tidak diinginkan dengan cara yang lebih efektif.

Suatu studi yang dikeluarkan dalam International Journal of Sports Medicine melaporkan bahwa para pegulat kompetitif yang mengonsumsi makanan tinggi protein, diet kalori dan BCAA mampu kehilangan 1,6 kg bobot badannya dibandingkan dengan mereka yang hanya diberi suplemen protein kedelai selama 19 hari. Para pegulat yang di beri BCAA juga kehilangan lemak tubuh 0,6% lebih banyak daripada mereka yang hanya diberi protein kedelai.

Studi lainnya yang dilakukan selama delapan minggu dan diterbitkan oleh Journal of the International Society of Sports Nutrition menjelaskan bahwa mereka yang melakukan olahraga angkat beban dan mengonsumsi 14 gram BCAA per hari mampu membakar lemak tubuhnya 1% lebih banyak dibandingkan mereka yang diberi 28 gram whey protein perhari. Kelompok yang mengonsumsi BCAA tersebut juga mengalami peningkatan massa otot sebesar 2 kg. Namun, penelitian ini dirasa masih memiliki kekurangan, seperti sedikitnya informasi tentang komposisi suplemen dan diet yang peserta lakukan, yang tentu saja hal tersebut bisa mempengaruhi hasil.

Terlebih lagi, penelitian yang dikeluarkan dalam Journal of the International Society of Sports Nutrition pun melaporkan bahwa efek BCAA terhadap penurunan berat badan menunjukan hasil yang tidak konsisten. Jadi, Kemungkinan besar BCAA memang mampu membantu menurunkan berat badan. Namun, tetap dibutuhkan penelitian dan riset yang mendalam dan lebih banyak mengenai hal tersebut.

  1. BCAA dapat Mengurangi Komplikasi Penyakit Liver

Selain banyak manfaat diatas, BCAA juga mampu membantu mengurangi komplikasi pada penyakit hati. Salah satu komplikasi yang memungkinkan adalah ensefalopati hepatik (HE), yang menyababkan berkurangnya tingkat fokus, hilang kesadaran, bahkan koma. Studi tentang hal ini di terbitkan dalam Nutrition Journal  yang menunjukan bahwa pada penyakit hati, suplemen BCAA akan lebih bermanfaat daripada suplemen lainnya dalam hal mengurangi tingkat keparahan HE. Namun, para peneliti tersubut mengatakan bahwa BCAA tidak bisa meningkatkan tingkat kelangsungan hidup secara keseluruhan, juga tidak bisa menurunkan resiko komplikasi lainnya, seperti infeksi dan pendarahan lambung.

Penelitian lainnya yang di terbitkan dalam Chinese Journal of Hepatology tahun 2014 menjelaskan bahwa pasien yang menjalani operasi hati melaporkan bahwa mengonsumsi BCAA mampu membantu meningkatkan fungsi hati, mengurangi resiko komplkasi, dan mengurangi durasi dirawat di rumah sakit.

Para peneliti juga mengatakan bahwa suplemen BCAA efektif dalam mengurangi rasa lelah dan lemah, meningkatkan kualitas tidur, serta mengurangi terjadinya kram otot untuk para penderita penyakit liver. Dalam beberapa kasus kanker hati, mengonsumsi BCAA juga mampu membantu mengurangi retensi air dan resiko kematian dini sampai dengan 7%.

Dosis yang Disarankan

Jika Anda berencana untuk mengonsumsi suplemen BCAA, maka dosis konsumsi BCAA akan mempengaruhi kebutuhan dan tujuan Anda. Laporan yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) dari tahun 1985 mengatakan bahwa rata-rata kebutuhan BCAA orang dewasa adalah minimal 15 mg BCAA per pon atau 34 mg per-kg berat badan setiap harinya.

Namun, penelitian terbaru yang dikeluarkan dalam The Journal of Nutrition tahun 2006 mengatakan bahwa kebutuhan harian artinya adalah dosis yang tinggi atau bisa dikatakan 144 mg per-kg berat badan dalam sehari. Berdasarkan studi tersebut, maka dosis konsumsi BCAA bagi orang yang sehat adalah:

  1. Wanita: Minimal 9 gram BCAA per hari
  2. Laki-laki: Minimal 12 gram BCAA per hari

Mereka yang sudah bisa memenuhi makanannya dengan nutrisi tinggi protein kemungkinan tidak perlu mengonsumsi suplemen BCAA. Namun, untuk para atlit, binaraga atau penggiat olahraga fitnes akan sangat membutuhkan suplemen ini. Sebagian besar penelitian telah meneliti mereka yang terlatih dan menggunakan suplemen BCAA mulai dari 10-20 gram perhari.

Waktu terbaik dalam mengonsumsi suplemen BCAA adalah sebelum dan setelah latihan. Mereka yang ingin meningkatkan massa otot juga terkadang mengonsumsi BCAA di pagi hari dan sebelum tidur malam. Namun, penelitian tentang waktu tersebut perlu dilakukan lebih mendalam lagi.

Sumber Makanan dengan Kandungan BCAA

Untungnya, kita memilki banyak jenis makanan yang memiliki kandungan BCAA, inilah sumber makanan dengan kandungan BCAA:

  1. Daging, unggas, dan ikan: 3-4 gram per 3 ons (84 gram)
  2. Kacang dan lentil: 2,5–3 gram per cangkir
  3. Susu: 2 gram per cangkir (237 ml)
  4. Tahu dan tempe: 0,9 hingga 2,3 gram per 3 ons (84 gram)
  5. Keju: 1,4 gram per 1 ons (28 gram)
  6. Telur: 1,3 gram per telur besar
  7. Biji labu: Sekitar 1 gram per 1 ons (28 gram)
  8. Quinoa: 1 gram per cangkir.
  9. Kacang: 0,7–1 gram per 1 ons (28 gram), tergantung jenisnya.

Efek Samping BCAA

Pada umumnya, tidak ada efek samping dalam konsumsi BCAA. Penelitian tentang hal ini telah dilakukan oleh sekelompok peneliti dari The Hospital for Sick Children yang melaporkan bahwa total asupan BCAA antara 15-35 gram perhari umumnya aman untuk dikonsumsi.

Namun, para peneliti mengatakan bahwa suplemen BCAA tidak direkomendasikan untuk mereka yang menderita ALS (salah satu penyakit saraf). Selain itu, para ahli juga mengatakan bahwa mereka yang mengalami kelainan bawaan langka yang disebut penyakit urine maple syrup harus membatasi asupan BCAA karena tubuh mereka tidak dapat memecah BCAA dengan baik.

--- Related Article ---

Kesimpulan

Suplemen BCAA mampu memberikan manfaat yang baik dalam keadaan tertentu, terutama ketika sedang dalam masa pertumbuhan massa otot. Namun, BCAA juga bisa ditemukan pada suplemen protein biasa dan juga sumber makanan lain yang kaya akan protein. Oleh karena itu, suplemen BCAA hanya diperlukan untuk Anda yang tidak bisa memenuhi nutrisi protein dari makanan atau sedang tidak mengonsumsi suplemen protein.

Referensi:

  1. https://journals.lww.com/acsm-msse/Fulltext/1998/01000/Branched_chain_amino_acids_prolong_exercise_during.12.aspx
  2. https://www.minervamedica.it/en/journals/sports-med-physical-fitness/article.php?cod=R40Y2011N01A0082
  3. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11125767
  4. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20601741
  5. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK28225/
  6. https://n.neurology.org/content/43/12/2466
  7. https://nutritiondata.self.com/
  8. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK263202/
  9. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1748109
  10. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26853239
  11. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK263202/
  12. Abumrad, N. N., Robinson, R. P., Gooch, B. R., & Lacy, W. W. (1982). The effect of leucine infusion on substrate flux across the human forearm. Journal of Surgical Research, 32(5), 453–463. doi:10.1016/0022-4804(82)90126-3 
  13. Baum, J. I., O’Connor, J. C., Seyler, J. E., Anthony, T. G., Freund, G. G., & Layman, D. K. (2005). Leucine reduces the duration of insulin-induced PI 3-kinase activity in rat skeletal muscle. American Journal of Physiology-Endocrinology and Metabolism, 288(1), E86–E91. doi:10.1152/ajpendo.00272.2004 
  14. Blomstrand, E. (2006). A Role for Branched-Chain Amino Acids in Reducing Central Fatigue. The Journal of Nutrition, 136(2), 544S–547S.doi:10.1093/jn/136.2.544s 
  15. Blomstrand, E., Eliasson, J., Karlsson, H. K. R., & Köhnke, R. (2006). Branched-Chain Amino Acids Activate Key Enzymes in Protein Synthesis after Physical Exercise. The Journal of Nutrition, 136(1), 269S–273S.doi:10.1093/jn/136.1.269s 
  16. BLOMSTRAND, E., HASSMEN, P., EK, S., EKBLOM, B., & NEWSHOLME, E. A. (1997). Influence of ingesting a solution of branched-chain amino acids on perceived exertion during exercise. Acta Physiologica Scandinavica, 159(1), 41–49. doi:10.1046/j.1365-201x.1997.547327000.x 
  17. Chen, L., Chen, Y., Wang, X., Li, H., Zhang, H., Gong, J., … Hu, H. (2015). Efficacy and safety of oral branched-chain amino acid supplementation in patients undergoing interventions for hepatocellular carcinoma: a meta-analysis. Nutrition Journal, 14(1).doi:10.1186/s12937-015-0056-6 
  18. Doi, M., Yamaoka, I., Fukunaga, T., & Nakayama, M. (2003). Isoleucine, a potent plasma glucose-lowering amino acid, stimulates glucose uptake in C2C12 myotubes. Biochemical and Biophysical Research Communications, 312(4), 1111–1117.doi:10.1016/j.bbrc.2003.11.039
  19. Doi, M., Yamaoka, I., Nakayama, M., Sugahara, K., & Yoshizawa, F. (2007). Hypoglycemic effect of isoleucine involves increased muscle glucose uptake and whole body glucose oxidation and decreased hepatic gluconeogenesis. American Journal of Physiology-Endocrinology and Metabolism, 292(6), E1683–E1693.doi:10.1152/ajpendo.00609.2006
  20. Doi, M., Yamaoka, I., Nakayama, M., Mochizuki, S., Sugahara, K., & Yoshizawa, F. (2005). Isoleucine, a Blood Glucose-Lowering Amino Acid, Increases Glucose Uptake in Rat Skeletal Muscle in the Absence of Increases in AMP-Activated Protein Kinase Activity. The Journal of Nutrition, 135(9), 2103–2108.doi:10.1093/jn/135.9.2103
  21. Elango, R., Chapman, K., Rafii, M., Ball, R. O., & Pencharz, P. B. (2012). Determination of the tolerable upper intake level of leucine in acute dietary studies in young men. The American Journal of Clinical Nutrition, 96(4), 759–767.doi:10.3945/ajcn.111.024471  
  22. Falavigna, G., Junior, J., Rogero, M., Pires, I., Pedrosa, R., Junior, E., … Tirapegui, J. (2012). Effects of Diets Supplemented with Branched-Chain Amino Acids on the Performance and Fatigue Mechanisms of Rats Submitted to Prolonged Physical Exercise. Nutrients, 4(11), 1767–1780.doi:10.3390/nu4111767 
  23. Howatson, G., Hoad, M., Goodall, S., Tallent, J., Bell, P. G., & French, D. N. (2012). Exercise-induced muscle damage is reduced in resistance-trained males by branched chain amino acids: a randomized, double-blind, placebo-controlled study. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 9(1), 20. doi:10.1186/1550-2783-9-20 
  24. Hulmi, J. J., Lockwood, C. M., & Stout, J. R. (2010). Effect of protein/essential amino acids and resistance training on skeletal muscle hypertrophy: A case for whey protein. Nutrition & Metabolism, 7(1), 51.doi:10.1186/1743-7075-7-51 
  25. Portier, H., Chatard, J. C., Filaire, E., Jaunet-Devienne, M. F., Robert, A., & Guezennec, C. Y. (2008). Effects of branched-chain amino acids supplementation on physiological and psychological performance during an offshore sailing race. European Journal of Applied Physiology, 104(5), 787–794. doi:10.1007/s00421-008-0832-5 
  26. Kawaguchi, T., Izumi, N., Charlton, M. R., & Sata, M. (2011). Branched-chain amino acids as pharmacological nutrients in chronic liver disease. Hepatology, 54(3), 1063–1070.doi:10.1002/hep.24412 
  27. Kephart, W. C., Mumford, P. W., McCloskey, A. E., Holland, A. M., Shake, J. J., Mobley, C. B., … Roberts, M. D. (2016). Post-exercise branched-chain amino acid supplementation does not affect recovery markers following three consecutive high-intensity resistance training bouts compared to carbohydrate supplementation. Journal of the International Society of Sports Nutrition, 13(1).doi:10.1186/s12970-016-0142-y 
  28. Kimball, S. R., & Jefferson, L. S. (2006). Signaling Pathways and Molecular Mechanisms through which Branched-Chain Amino Acids Mediate Translational Control of Protein Synthesis. The Journal of Nutrition, 136(1), 227S–231S.doi:10.1093/jn/136.1.227s
  29. Kurpad, A. V., Regan, M. M., Raj, T., & Gnanou, J. V. (2006). Branched-Chain Amino Acid Requirements in Healthy Adult Human Subjects. The Journal of Nutrition, 136(1), 256S–263S.doi:10.1093/jn/136.1.256s 
  30. Li, Y.-C., Li, Y., Liu, L.-Y., Chen, Y., Zi, T.-Q., Du, S.-S., … Sun, C.-H. (2015). The Ratio of Dietary Branched-Chain Amino Acids is Associated with a Lower Prevalence of Obesity in Young Northern Chinese Adults: An Internet-Based Cross-Sectional Study. Nutrients, 7(11), 9573–9589.doi:10.3390/nu7115486  
  31. Mero, A. (1999). Leucine Supplementation and Intensive Training. Sports Medicine, 27(6), 347–358. doi:10.2165/00007256-199927060-00001 
     
    Tags:
    #suplemen  #bcaa 
  32. Share On

0 Comment
Leave Your Comment

Latest Article