Mengenal Pemeriksaan Medis Kejiwaan
Info
Mengenal Pemeriksaan Medis Kejiwaan
August 1st, 2018

sfidn.com - Permasalahan kesehatan mental atau gangguan kejiwaan kerap di kaitkan dengan berbagai faktor pskologis, seperti misalnya stress yang berkepanjangan. Tapi sebenarnya, ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi gangguan kesehatan mental seseorang, seperti:

  • Adanya riwayat keturunan gangguan mental dari keluarga, (genetik)
  • Adanya efek samping dari alkohol maupun obat-obatan terlarang
  • Faktor sosial dan budaya di sekitar lingkungan penderita.

Gangguan kejiwaan yang timbul dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pada suasana hati ataupun mood, contohnya depresi, mudah marah, gangguan kepribadian, cemas, sulit tidur, gangguan perilaku, halusinasi, sampai psikosis. Kalau berbagai gejala tersebut sudah mempersulit segala kegiatan, maka disarankan si penderita untuk memeriksa kondisi tubuhnya agar mampu dilakukan pengobatan dengan tepat.

Pemeriksaan ini dilakukan sebagai wujud pemeriksaan yang rutin ataupun darurat jika si penderita diharuskan menerima penanganan darurat. Pemeriksaan tersebut nantinya akan dilakukan secara lebih menyeluruh, detail dan juga terperinci. Namun, berbeda dengan pemeriksaan kejiwaan darurat, karena pemeriksaannya akan lebih terfokus pada gejala, riwayat kelainan, serta kondisi aktivitas si penderita sebelum adanya gannguan jiwa. Pemeriksaan medis ini kerap kali memakan waktu hingga setiap penderita memerlukan waktu yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika penderita dan keluarga si penderita tidak minta mempercepat proses ini demi hasil yang lebih maksimal.

Indikasi Pemeriksaan Medis Kejiwaan


Pemeriksaan ini memiliki tujuan untuk memeriksa adanya gangguan kesehatan mental pada seseorang. Hal ini dilakukan karena gangguan kejiwaan tidak mampu di periksa dengan mudah. Terkadang bahkan ada seseorang yang nampaknya normal malah mengalami gangguan kejiwaan. Satu dari sekian banyaknya tanda-tanda seseorang mengalami gangguan kejiwaan adalah dengan adanya gejala psikis secara kontinyu. Contohnya adalah saat ada orang yang mengalami kesedihan ketika ditinggalkan oleh kerabat keluarganya, hal yang normal terjadi adalah berduka dan sedih. Tapi, jika hal ini berlanjut dan berlangsung lama hingga ada ide untuk bunuh diri, tidak bisa tidur, sampai sulit menjalani kegiatan sehari-hari, bisa dikatakan bahwa ada gejala gangguan kesehatan mental pada dirinya.

Peringatan Pemeriksaan Medis Kejiwaan


Untuk melakukan pemeriksaan medis kejiwaan, tidak ada peringatan atau kontradiksi khusus. Dokter hanya akan melakukan pemeriksaan ketika adanya persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan. Namun, bila si penderita dikhawatirkan mampu membahayakan pemeriksa dan diri sendiri, maka si penderita akan di dampingi oleh keluarga dan para petugas agar langkah pemeriksaan bisa berjalan dengan aman. Jika kondisi tersebut tetap berlanjut, maka dokter akan merujuk pemeriksaan di rumah sakit. Disana, si penderita akan menceritakan permasalahaannya dengan jelas, dan juga menjawab setiap pertanyaan si pemeriksa dengan jujur.

Persiapan Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Untuk dapat melakukan pemeriksaan ini tidak dibutuhkan segala macam persiapan khusus. Mungkin sebelum menjalani pemeriksaan, si penderita atau si keluarga penderita akan diminta untuk mencatat keluhan beserta riwayat masalah yang tengah di hadapi, contohnya adalah sejak kapan si penderita mulai merasakan gejala tersebut, hal apa saja yang mampu memicu gejala tersebut meningkat, dan emosi apa yang dirasakan oleh si penderita?

Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Medis Kejiwaan

Dokter bekerjasama dengan psikolog untuk melakukan pemeriksaan sesuai prosedur. Namun, yang paling utamanya adalah dengan melakukan wawancara dan observasi, baik itu dari keluarga si penderita ataupun si penderitanya sendiri. pemeriksaan tes darah dan urine pun terkadang diperlukan agar bisa mendukung ataupun mengonfirmasi hasil diagnosa.

Pemeriksaan Medis Kejiwaan Melalui Wawancara


Ketika melakukan pemeriksaan, penderita akan diminta untuk bisa memberikan riwayat kondisi kesehatannya kepada psikiater agar bisa dilakukan wawancara. Namun, kalau si penderita tidak mampu memberikan informasinya, maka wawancara bisa dilakukan pada keluarga atau orang terdekat si penderita. Nantinya, pskiater akan meminta informasi berupa:

  1. Identitas si Penderita, tujuannya tentu saja guna mengetahui data pribadi dan juga untuk melakukan pendekatan persinal psikiater ke penderita. Data yang diminta berupa nama, pekerjaan riwayat pendidikan, status perkawinan, dan berbagai hal lain yang melatar belakangi si penderita.
  2. Tujuan Penderita Menjalani Pemeriksaan. Tujuannya adalah guna memeriksa alasan sebenarnya si penderita ingin melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut biasanya akan berbentuk pertanyaan dan di pancing lagi agar si penderita bisa menceritakannya secara lebih detil.
  3. Memeriksa Penderita Penyakit Jiwa. Hal ini menjadi hal yang utama untuk memeriksa diagnosa si penderita. Nantinya, psikiater akan mulai meminta si penderita untuk bercerita tentang keluarga atau pun kondisi si penderita sedetil mungkin. Setelahnya, dokter akan menilai apakah ada gejala yang terlihat bahwa si penderita mengalami gangguan mental
  4. Memeriksa riwayat kesehatan penderita. Di tahap ini, para psikiater akan bertanya seputar beragam penyakit yang pernah di derita si penderita. Psikiater pun akan menanyakan tindakan medis apa yang pernah di alami si penderita, termasuk operasi jika ada.
  5. Memeriksa konsumsi obat-obatan dan alergi. Agar pemeriksa bisa melengkapi informasi kesehatan si penderita, maka mereka akan meminta informasi terkait obat jenis apa yang dikonsumsi si penderita dan apakah si penderita menderita alergi.
  6. Riwayat gangguan kesehatan mental. Para pemeriksa akan sangat membutuhkan informasi terkait apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita masalah kejiwaan atau gangguan mental.
  7. Lingkungan dan riwayat sosial penderita. Pemeriksaan ini dilakukan terkait kondisi sosial si penderita seperti riwayat pendidikan, pekerjaan, kriminalitas, hingga jumlah anak. Setiap kebiasaan aktivitas si penderita juga harus di informasikan.
  8. Riwayat Persalinan Penderita. Informasi ini akan diminta dan sangat penting jika si penderita pernah ada gangguan pada saat lahir ataupun mengalami prematur.

Selain dari wawancara, psikiater juga akan melakukan pemeriksaan medis kejiwaan dengan melakukan pengamatan yang saksama dan teliti untuk mengevaluasi kondisi mental penderita.

SFIDN Baca juga


Observasi Status Mental


Observasi status mental di lakukan dengan mengamati kondisi pribadi si penderita ketika melakukan wawancara. Berbagai hal yang diamati dari pemeriksaan ini adalah:

  1. Penampilan penderita. Umumnya para psikiater akan mulai mengamati penderita sesaat ketika penderita memasuki ruangan pemeriksaan. Para psikiater akan mengevaluasi dan mengobservasi seperti apakah penderita terlihat gelisah ataukah rileks, cara berjalannya, pakaian si penderita dan juga postur tubuhnya. Psikiater akan melakukan penilaian si penderita secara umum sesuai dengan kondisi fisiknya.
  2. Sikap penderita kepada pemeriksa. Sikap yang dinilai adalah seperti emosi penderita ketika sedang dilakukan pemeriksaan dan kontak matanya, serta apakah si penderita cukup kooperatif atau tidak.
  3. Perasaan dan afek penderita. Perasaan dan emosi penderita sehari-hari akan dinilai oleh psikiater. Sedangkan afek penderita yang dilihat adalah dari raut muka dan gelagat ketika sedang dilakukan pemeriksaan. Keseuaian perasaaan si penderita bisa dilihat ketika si penderita mengakui dirinya senang dengan tersenyum, sedih, atau dengan tanpa ekspresi.
  4. Pola bicara. Volume serta intonasi si penderita selama wawancara, akan dinilai. Kualitas dan kuantitas pembicaraan, kecepatan dalam berbicara, serta respon pertanyaan wawancara, menjadi peniliaian selanjutnya, apakah si penderita mampu bercerita secara panjang lebar ataupun singkat saja.
  5. Proses berpikir. Penilaian ini dievaluasi dari bagaimana si penderita mampu bercerita selama jalannya sesi wawancara. Berbagai hal yang akan diperiksa dari proses ini adalah bagaimana hubungan antara topik pembicaraannya, serta persepsi si penderita terhadap berbagai kenyataan yang terjadi.
  6. Konten atau isi pikiran. Pemeriksaan konten pikiran penderita dapat di nilai dari:
    • Orientasi penderita, terutama apakah penderita mampu mengenali dirinya, mampu mengetahui kapan dan di mana dia berada.
    • Tingkat kesadaran penderita.
    • Tingkat kemampuan penderita dalam menulis, membaca, dan mengingat.
    • Tingkat kemampuan berpikir abstrak, seperti persamaan dan perbedaan antara dua benda.
    • Tingkat kecerdasan serta pengetahuan penderita pada waktu wawancara.
    • Keinginan untuk membunuh.
    • Keinginan untuk bunuh diri.
    • Fobia
    • Obsesi, terutama untuk para penderita yang mengidap gangguan obsesif kompulsif
  7. Pemahaman diri sendiri (insight). Disini nantinya dokter akan melakukan evaluasi tingkat keparahan yang di derita si penderita.
  8. Pertimbangan (judgement). Ditahap  ini si penderita akan diperiksa apakah dia mampu menimbang suatu jenis perkara dan mengambil keputusan yang didasari dari pertimbangan tersebut.
  9. Impulsivitas. Impulsivitas dan kemampuan penderita dalam mengontrol impulsivitas akan diperiksa. Selain itu, psikiater juga akan memeriksa ketahanan dorongan (impuls) di sesi wawancara.
  10. Keandalan (reliability). Psikiater akan mengevaluasi apakah si penderita bisa dipercaya atau tidak, dengan berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari berbagai observasi dan wawancara.

Pemeriksaan Penunjang dan Psikotes

Kalau diperlukan, penderita akan menjalani pemeriksaan penunjang agar para psikiater mampu menentukan diagnosa yang tepat. Pemeriksaan tersebut akan mengambil sample urin dan sample darah si penderita. Selain itu, penderita juga akan menjalani psikotes agar para psikolog mampu menilai fungsi mental dan beberapa hal spesifik tentang kejiwaan si penderita. Penderita akan diminta untuk mengisi lembaran yang berisi pertanyaan dengan instruksi khusus. Saat mengisinya, penderita disarankan untuk bisa mengisi dengan jujur, agar psikiater mampu mendiagnosis dan mengevaluasi kondisi penderita secara tepat.

Setelah Pemeriksaan Medis Kejiwaan


Semua data penderita dan seluruh hasil wawancara akan dikumpulkan untuk di analisa dan dievaluasi oleh psikiater. Selanjutnya, psikiater akan merencanakan langkah penanganan tepat yang harus dijalani si penderita.

Jenis pengobatan yang nantinya akan dijalani si penderita akan ditentukan berdasarkan tingkat keparahan dari gangguan yang diderita. Umumnya, semua tim pskiater, dokter, psikolog, dan perawat akan dilibatkan dalam pengobatan mental atau masalah kejiwaan si penderita. Namun, bila si penderita tidak memiliki keluarga, maka dinas pekerja sosial atau pihak terkait yang  akan dilibatkan. Berbagai metode pengobatan gangguan mental atau masalah kejiwaan yang bisa dijalani si penderita berupa:

  • Psikoterapi. Pengobatan ini dilakukan guna menentukan pengobatan masalah kejiwaan dengan cara berbicara, atau bisa juga melalui bimbingan konseling. Pengobatan ini umumnya dilakukan selama beberapa bulan lamanya, bahkan di beberapa kasus, pengobatan ini dilakukan dalam jangka waktu yang panjang.
  • Pemberian obat-obatan. Pemberian obat-obatan ini tidak dilakukan demi tujuan kesembuhan tatapi demi membantu metode terapi. Pemberian obat-obatannya pun harus di bawah pengawasan psikiater. Beberapa jenis obat-obatan yang biasanya disarankan adalah antidepresan, antipsikotik, mood stabilizer, pereda cemas, dan penenang.
  • Stimulasi otak. Pengobatan ini dilakukan dengan cara merangsang otak dengan aliran listrik dan magnet. Cara ini mungkin akan dilakukan oleh beberapa pskoterapi dan pengobatan lainnya jika tidak ada cara lain.
SHARE